Rabu, 31 Desember 2008
What The Teenagers Do In USA
weekdays alias hari senin-jumat mereka pergi ke sekolah. sebelumnya aku mau jelasin dulu kalau apa yang aku tulis berdasar ines' point of view. sekolah disini jadwal masuk dan pulangnya bervariasi. tergantung school district atau sekolah masing-masing. kebetulan di sekolahku, Fort Zumwalt West (FZW) sekolah mulai pukul 07.40 am dan selesai pukul 02.15 pm. nah bagi yang aktif atau bergabung di club-club sport, dance, cheerleading hampir setiap hari setelah jam sekolah usai mereka latihan. ibaratnya sekolah tidak pernah sepi. selain itu setelah jam sekolah juga ada "tutor". mungkin bagi teman-temanku di SMAN 2 Nganjuk yang diajar kimia oleh bu Sulistyowati tahu apa itu kegiatan tutoring. tutor adalah semacam pelajaran tambahan bagi mereka yang merasa kesulitan dalam pelajaran. hanya saja tutornya bukan guru, tapi teman sendiri. bedanya tutor disini lebih terorganisasi. bukan hanya guru sekedar tunjuk murid saja (kesannya dipaksakan). mereka yang merasa lebih menonjol dalam materi pelajaran bisa meregistrasikan dirinya untuk sebagai tutor. dan mereka yang butuh tutor itu bisa memilih mereka ingin belajar bersama dengan siapa. serta juga ada jadwalnya. umumnya kegiatan tutor ini dilakukan di perpustakaan. kesadaran mereka cukup tinggi dan tidak ada kesan gengsi. kalau mereka memang merasa kurang mampu dalam kelas, mereka tidak ada segan untuk sign up tutor. memang untuk menjadi lebih baik tidak perlu ada rasa malu untuk belajar.
selain itu juga ada yang mengerjakan pe-er mereka di sekolah. ada juga yang sekedar ngobrol dan kumpul-kumpul bareng temannya selepas sekolah. beberapa temanku juga tetap giat berolahraga sehabis jam sekolah. entah itu cuma lari-lari keliling lintasan. karena sekarang sudah cukup dingin, maka kegiatan lari-lari menjadi di dalam sekolah tidak dilapangan lagi.
nah itulah yang mereka lakukan selama weekdays. umumnya disini mereka semua ada curfew. curfew adalah jam malam kapan mereka harus sudah ada di rumah. umumnya lagi nih ya, saat weekdays jam 9 malam mereka harus sampai di rumah dan saat weekend mereka bisa longgar sampai tengah malam.
juga ada perkumpulan yang dinamakan Youth Group. itu seperti kelompok pengajian-lah kalau di Indonesia tetapi anggotanya para remaja. aku juga sesekali ikut Youth Club itu. Youth Club yang diikuti oleh host sister-ku (Paige) adalah setiap selasa malam pukul 7pm-9pm di rumah salah seorang temannya, Karley. aktivitasnya, membaca bible (injil, kitab suci kristiani) dan kemudian membahas makna yang terkandung di dalamnya juga ada diskusi-diskusi. mereka tahu kalau aku bukan seorang christian. tapi disini respeknya sangat tinggi. mereka menghargai kepercayaan masing-masing. aku malah yang sering terkejut saat mendengar temanku berkata "i'm agnostic" yang berarti dia percaya bahwa tuhan itu ada tapi tidak memeluk agama apa pun. tambah terkejut lagi saat mengetahui beberapa orang lainnya mengaku atheis, yang berarti tidak percaya akan adanya tuhan. memang di amerika sini, bebas. dalam artian kita bebas memeluk agama bahkan tidak beragama pun tidak dilarang. para orang tua juga tidak terlalu menekankan pemahaman agama kepada anak-anaknya. bebas, terserah semau mereka. entah mereka mau pergi ke gereja atau tidak (bagi yang christian) itu pilihan mereka sendiri. kembali lagi ke masalah Youth Club (YC). setiap pertemuan ada Paul (pendeta, pastor) yang membimbing arah diskusi mereka. aku lumayan sering bicara dengan Paul. teringat saat pertama kali ikutan, semua anak mengisi lembar kertas dan aku juga ikutan. disitu ada pertanyaan apa itu christian. dengan polos dan jujur aku mengisi apa adanya. "i just know that christian believe in bible and jesus and i don't know more coz ain't christian". mereka hanya tertawa saja mengetahui aku menjawab demikian. teringat juga saat percakapanku dengan Paul diawal. dia bertanya bagaimana pendapatku mengenai Youth Group itu. ya aku menjawab jujur kegiatan itu bagus. kemudian dia bertanya lagi apa ajaran agama yang aku peluk, islam (dia tahu aku seorang muslim dan juga tahu nama kitab suci umat islam, Quran, tapi mereka menyebutnya Koran. aku berpikir wah koran di indonesia artinya newspaper pak, pikirku sambil tersenyum sendiri). aku menjawab dengan senyum. pada dasarnya ajaran yang disampaikan sama. kebetulan saat itu baru saja membahas tentang orang tua, maka dengan sambil tersenyum lagi (padahal saat pembahasan itu, aku duduk di pojok dan tertidur sssttttt...) aku juga menceritakan bahwa islam juga mengajarkan demikian. aku kemudian bicara lebih jauh. islam juga percaya akan adanya Abraham (Ibrahim), Noah (Nuh), David (Daud), Salomon (Sulaiman), Yesus (Isa) dan kemudian aku menyampaikan conclusion ku bahwa basic nya tiap agama itu mengajarkan hal yang sama, hanya saja caranya yang berbeda. tampaknya Paul cukup puas dengan jawaban yang ku berikan. pernah juga suatu ketika aku duduk di dekat fireplace ada tumpukan bible. aku cukup tertarik karena baru tahu kalau bible itu bermacam-macam. ada bible untuk remaja, wanita dan yang membuatku tertawa adalah saat melihat bible temanku yang bertuliskan "bible untuk orang yang kurang pandai" kemudian Paul mendekatiku dan menawarkan apa aku tertarik dengan bible karena dia punya banyak dan aku boleh memilih mana yang aku suka. dilema, jika kita berkata ya menurut diskusi yang aku daptkan saat orientasi di Jakarta, berarti kita benar-benar berminat untuk mempelajari agama tersebut. denagn tersenyum lagi aku berkata, maaf tapi terima kasih. bahasa bible terlalu tinggi untuk dimengerti sementara bahasa inggrisku pas-pasan (dalam hati aku bersyukur bahasa inggrisku tidak terlalu baik seehingga aku bisa menolak tanpa mesti berbohong). begitulah, kita harus pintar membawa sikap dan menjawab semua pertanyaan yang ada. seperti halnya saat mereka tanya masalah jilbab kenapa aku memakainya. yah aku menjawab singkat saja karena aku muslim dan jilbab adalah sebagai perlambang bahwa aku seorang muslim. muncul pertanyaan lagi apa semua muslim seperti itu? aku menjawab tidak dan kemudia mengembalikan pertanyaan itu ke mereka. apa semua christian memakai kalung salib? kenapa sebagian memakainya dan sebagian tidak memakainya? mereka mulai berpikir dan mendapatkan jawabannya. itulah yang sering ku lakukan, menjawab pertanyaan mereka dengan pertanyaan juga agar mereka berpikir dan mudah memahaminya.
dan saat weekend tiba mereka sangat suka sekali kumpul-kumpul bareng temannya. umumnya sih, ngumpulnya di rumah salah satu temannya. kalau mereka lagi ngumpul kegiatannya main games atau nonton dvd bareng. masalah ke mall, mereka memang suka tapi juga nggak terlalu sering. mereka benar-benar pergi ke mall kalau mereka benar-benar butuh shopping. jarang sekali yang cuma untuk jalan ke mall dan nongkrong di mall. tempat yang sering mereka kunjungi adalah starbucks. starbucks juga ada di indonesia, tapi hanya di kota besar saja.
Sabtu, 27 Desember 2008
CHRISTMAS BUKAN SEKEDAR PERAYAAN AGAMA, TETAPI JUGA TRADISI
Minggu, 21 Desember 2008
Asam Manis Final Exam Sebelum Winter Break. Asyiknya Liburan Hingga Tahun Depan
Sabtu, 13 Desember 2008
Hari Raya Idul Adha yang Gagal
Senin, 08 Desember 2008
Happy Sweet 18 INES
Sabtu, 29 November 2008
Thanksgiving, momen keluarga di USA untuk berkumpul
Thanksgiving kemarin, aku bersama Paige (host sister) merayakan dengan keluarga besar ayahnya. Tradisi di tiap keluarga berbeda. Kali ini menurut tradisi keluarga Paige, pada pagi harinya pukul 10 kami pergi ke Gereja St. Michael & St. George di St. Louis. Gereja itu adalah Gereja tua. Usianya sudah lebih dari 700 tahun dan arsitekturnya benar-benar indah. Menyaksikan semua prosesi di Gereja dari awal sampai akhir adalah pengalaman baru bagiku. Walaupun aku sering ikut Paige ke gereja, tapi prosesi di Gereja St. Michael & St. George benar-benar tradisional. Setelah dari gereja, kami juga berziarah ke pemakaman kakek Paige di National Cemetery. Mirip-mirip dengan ziarah kubur yang ada di Indonesia sebelum bulan puasa. Kakek Paige adalah tentara saat World War II (Perang Dunia II), sehingga beliau dimakamkan di National Cemetery (Taman Makam Pahlawan, kalau di Indonesia). Beliau meninggal dunia tahun lalu. National Cemetery ini sangat rapi. Terdiri dari banyak komplek yang tiap komplek ternyata mencerminkan rentang tahun berapa mereka meninggal. Dan lewat pemakaman inilah dapat terlihat sungai Mississipi (sungai terpanjang nomor 2 di USA, sungai no 1 terpanjang adalah sungai Missouri), dan tampak pula seberang sungai Mississipi adalah state Illinois. Kalau di Indonesia ada acara tabur bunga, disini juga ada. Serupa tapi tak sama. Ada sebagaian yang membawa buket bunga kecil dan lainnya ada yang berupa untaian bunga yang dililitkan di salib kayu. Selain itu juga ada beberapa orang yang meletakkan batu kecil di atas nisan sebagai penghormatan kepada yang sudah meninggal dan juga sebagai pertanda kalau makam itu sudah pernah dikunjungi (itu menurut tradisi jewish atau orang yahudi). Setelah acara nyekar tadi perjalanan dilanjutkan ke rumah adik ayah Paige, Caron namanya karena acara dinner thanksgiving akan dimulai pukul 3.30 p.m. Cukup banyak keluarga yang datang. Ditambah cuaca yang cukup bagus, tidak terlalu dingin. Tentu saja hidangan utamanya adalah turkey. Dan hidangan khas lain yang tidak ketinggalan adalah Pie. Sepertinya itu menjadi hidangan wajib saat Thanksgiving. Rata-rata mereka yang datang juga turut membawa makanan, jadi benar-benar banyak makanan berlimpah saat Thanksgiving. Lebih dari 10 macam main dishes (makanan utama)tersedia. Berbagai macam cookies, es krim dan juga cup cakes dibentuk cantik menjadi turkey. Tetapi lagi-lagi harus tetap waspada terhadap makanannya. Karena setelah ku lihat ada beberapa makanan yang ada babi di dalamnya, ada juga yang mengandung marsmellow. Jadi amannya sih, aku mengambil makanan yang memang sudah aku tahu pasti sebelumnya. Tepat seperti dugaanku sebelumnya. Acara Thanksgiving ini selain makan-makan juga bincang-bincang antar keluarga. Karena keasyikan ngobrol dan makan itulah, aku hampir lupa mengambil foto. Benar-benar merasakan hangatnya sebuah keluarga. Sebuah tradisi yang sangat menarik. Dimana kebersamaan keluarga tercipta dan semua orang merayakannya, tanpa perlu memandang itu tradisi agama apa. Dan mungkin jika kita pernah men-judge bahwa orang Amerika egois, mereka individualis, tampaknya kita harus mulai memikirkan kembali itu semua. Karena rasa kepedulian mereka ke sesama cukup tinggi. Tanggal 20 November kemarin, ada kegiatan semacam volunteer di gereja St. Charles di Manchester. Yaitu menyiapkan makanan untuk mereka yang kurang mampu. Mirip pembagian sembako gratis. Banyak sekali orang yang datang membantu. Bahkan diantara mereka ada yang sampai mengambil cuti kerja hanya untuk berpartisipasi dalam acara tersebut. Kalau isi sembako gratis di Indonesi berupa beras, gula, minyak dll, lain dengan Amerika Serikat. Sementara acara kemarin itu isi dari bingkisannya banyak berupa makanan kaleng seperti sup, ada mi instant juga (mereka lebih mengenalnya dengan nama ramen nooodle atau dry soup)ikan, daging olahan, pasta, buah kalengan, kacang, dan sayur kalengan. Semuanya ditata rapi dan dimasukkan ke dalam kardus. Anak-anak, tua, muda, pria, wanita semuanya bekerja sama. Di sekolah juga diadakan 12 days giving. Jadi selama 12 hari itu kita bisa memberikan barang-barang kepada orang atau instansi terkait yang lebih membutuhkan. Dan tiap hari dengan tema berbeda. Misalnya hari senin, untuk buku mewarnai bagi anak-anak, selasa makanan kaleng dsb. Itulah indahnya Thanksgiving, indahnya berkumpul bersama keluarga dan indahnya berbagi dengan sesama. Adakah hal positif yang bisa kita ambil dari itu semua?
Bertemu dengan Orang Nganjuk
Pria berposturr tinggi besar ini menceritakan bagaimana awal mulanya dia bisa menginjakkan kakinya di Amerika Serikat ini. Alumnus ITB (Institut Teknologi Bandung) ini mendapatkan beasiswa master di salah satu universitas di Iowa. Dan kemudian akhirnya bekerja dan tinggal di USA. Bicara lebih jauh mengenai pak Landung. Beliau benar-benar asli Nganjuk. Menghabiskan masa SMP di SMP Warujayeng yang sekarang dikenal dengan nama SMP I Tanjunganom. Tetapi menginjak SMA, beliau pindah ke Sidoarjo dan meneruskan SMA di SMA I Sidoarjo. Salah satu hal yang membuatku bangga adalah, mungkin persamaan diantara kami yang sama-sama dari Nganjuk dan berasal dari “pedalaman” alias asli anak desa. Jadi, disini aku bisa menyimpulkan kalau nggak ada yang nggak mungkin. Justru kita harus bangkit dan giat ditengah segala keterbatasan yang kita miliki. Bapak dua putra dari Kusuma Ikra Wahana (2,5 tahun) dan Baskara Alam Wahana (8 bulan) ini mengaku baru pulang sekali ke Nganjuk, yaitu di tahun 2005. Tetapi orang tua dari Istri Beliau, Roro Uchihara yang asli dari Kuningan sudah dua kali datang ke USA. Yaitu pada tahun 2006 saat Kusuma lahir dan pada tahun 2008 saat Baskara lahir. Dan beliau juga merencanakan untuk pulang ke Nganjuk tahun depan. Tapi itu juga belum pasti. Mengingat kondisi Amerika Serikat sekarang yang tengah terjadi krisis. Tapi yang pasti beliau ingin membawa dan memperkenalkan anaknya dengan keluarga di Nganjuk.
Kembali ke masalah pengajian. Hari itu yang datang ke acara pengajian tidak banyak. Hanya ada 4 keluarga ditambah dengan keluarga Pak Landung. Pak Landung menjelaskan kepadaku kalau acara pengajian seperti ini biasanya tidak sebanyak orang yang hadir saat acara halal bi halal kemarin. Mereka yang datang rata-rat sudah ku kenal. Ada keluarga bu Rita dan Pak Arif yang mengajaku ke rumahnya sehabis sholat ied, keluarga mbak Farah yang bersuamikan orang Amerika yang rumahnya dulu untuk kumpul-kumpul acara halal bi halal, ada juga pak Iwan yang sedang menyelesaikan studi S2 nya disini. Beliau direksi PLN yang tahun depan kuliahnya akan selesai dan akan kembali ke Indonesia. Kemudian yang terakhir adalah Pak Nur yang pertama kali menceritakan ke aku tentang Pak Landung. Oh ya, acaranya hampir sama dengan pengajian di Indonesia. Diawali dengan membaca Qur’an, pemberian tausiah, sholat maghrib berjamaah dan kemudian dilanjutkan acara makan. Acara makan ini yang membuatku semangat, jujur sih bisa ketemu masakan Indonesia lagi soalnya. Karena yang hadir tidak terlalu banyak, makanan masih bersisa cukup banyak. Jadi, bisa ngebungkus makanan. Wah kesempatan pikirku. Untuk mengenalkan masakan Indonesia di rumah. Maklum, aku nggak bisa masak. Nggak pede kalau harus menyuguhkan hasil masakanku buat mereka. Konsultasi ke bu Roro juga sih mengenai bagaimana caranya masak dan masakan apa yang kira-kira disukai oleh orang Amerika. Mau tidak mau nanti aku juga harus memperkenalkan masakan Indonesia. Kalau mau sedikit ribet sih, beliau menyarankan untuk membuat Lumpia. Resepnya sih bisa aku baca di web masakan yang ditulis sendiri oleh Bu Roro, www.keseharian.com. Beliau meyakinkan aku kalau resep yang ada di situ nggak susah, karena pada awalnya beliau juga nggak bisa masak. Aku jadi berani nyoba. Hari jumat kemarin (14 Oktober 2008) ada party kecil di kelas English ku. Kita diperbolehkan membawa makanan dan minuman yang kita suka di kelas untuk perpisahan dengan student teacher (mahasiswa yang sedang praktek mengajar). Aku membuat lumpia berdasarkan resep yang ada ditulis bu Roro. Hasilnya fantastis. Kalau menurut pribadi aku sendiri, rasanya lumayan. Apalagi ternyata mereka menyukainya. Mrs. Barban guru ku di English I dan Ms. Mitth (student teacher) bahkan meminta resepnya. Sementara temanku Michelle, minta diajari cara membuatnya. Senang rasanya, akhirnya aku bisa masak. Kabar aku membuat Lumpia, ternyata cepat menyebar. Librarian di sekolah Mrs. Benwell, meminta aku membuatkan untuknya kelak. Wah benar-benar kebanjiran order. Mungkin aku bisa membuka bisnis Lumpia disini.
Minggu, 23 November 2008
Election Day
Menyaksikan Secara Langsung Sejarah Baru Amerika Serikat
(by INES LATIFAH)
Betapa beruntungnya aku berada di Amerika Serikat pada tahun ini. Karena pada tahun inilah digelar election president (pilihan presiden) yang diadakan 4 tahun sekali. Dua kandidatnya adalah Barack Obama dari partai democrat dan John Mccain dari partai republic. Siapapun yang terpilih nantinya, baik Obama maupun McCain, akan menggoreskan sejarah baru bagi Amerika Serikat. Jika Obama yang memenangi election tersebut, dia akan menjadi Presiden “Kulit Hitam” pertama. Dan Joseph Biden, selaku pasangan Obama akan menjadi wakil presiden roman katolik pertama. Sedangkan McCain, jika terpilih akan menjadi presiden tertua mengingat usia McCain sekarang 72 tahun, usia yang tidak bias dikatakan muda lagi. Dan pasangan McCain, Sarah Palin akan menjadi wakil presiden wanita pertama.
Euforia pemilihan presiden ini tidak sepanas dengan di Indonesia 4 tahun lalu. Tidak ada pawai dari para pendukungnya yang jika di Indonesia sering menimbulkan ketegangan. Tidak ada pula Baliho-baliho dengan gambar kandidat presiden besar dan mencolok yang umumnya dengan mudahnya ditemui di jalan-jalan (seperti di Indonesia). Ada sih beberapa, tapi tidak memasang foto yang besar dan mencolok. Paling Cuma tulisan, misalnya McCain and Sarah Palin yang ada di depan rumah-rumah. Itu pun yang memasang pendukungnya sendiri. Yang sedikit beda, di televisi banyak iklan yang menayangkan kampanye mereka. Tapi yang membuatku terheran-heran adalah kampanye mereka di televise benar-benar bebas. Dalam artian, bias saling menjelekkan lawan. Salah satu iklan yang ku suka adalah iklan kampanye Obama. Maksud dari iklan tersebut adalah menyindir McCain yang akan meneruskan jejak Bush (karena mereka berasal dari satu partai, republic). Nah diibaratkan dalam iklan itu Obama sedang menyetir mobil sedangkan lewat kaca spion dapat dilihat bahwa McCain dan Bush tertinggal jauh dibelakang yang maksudnya mengkampanyekan bahwa Obama melangkah jauh lebih ke depan. Kalau kampanye di Indonesia, tidak pernah mencolok dalam menjelekkan lawan. Paling kan yang ada Cuma menampilkan janji-janji dan juga nyanyi-nyanyi dengan suara yang tidak bias dikatakan bagus. Selain itu, aku salut dengan para pendukung mereka. Tidak ada keonaran sama sekali. Mereka memakai atribut yang menunjukkan mereka pendukung McCain atau Obama, seperti Pin, kaos dll. Ada salah satu atribut pendukung McCain yang aku suka yaitu pin yang bertuliskan NOBAMA. Sering juga banyak gurauan yang muncul seperti "Apa kamu mau mendengar lelucon terlucu tahun ini? Obama" (itu hanya salah satu contoh). Tapi anehnya, meskipun mereka saling ledek, sama sekali tidak ada keonaran dan mereka pun tetap bersikap biasa saja, nggak ada emosi meskipun mereka tetap mendukung calon masing-masing dengan sepenuh hati.
Semuanya benar-benar tenang, meskipun data menunjukkan bahwa pendaftar untuk mengikuti election ini meningkat terutama di golongan anak muda. Perlu diketahui bahwa untuk dapat berpartisipasi dalam election ini, warga Amerika sebelum tanggal 4 November yang genap berusia 18 tahun harus meregistrasikan dirinya. Jika mereka tidak registrasi, mereka tidak bias vote.
Aku sangat tertarik mengikuti pemilihan presiden Amerika Serikat tahun ini. Inilah salah satu hal besar yang aku tunggu-tunggu sejak kedatangan awalku di Amerika. Saat pemilihan ini, kebetulan sekolah ku libur karena menjadi salah satu tempat diselenggarakannya pemilihan. Pagi-pagi sekali sekitar pukul 6.30 am, aku dan mom sudah bersiap untuk pergi ke tempat pemilihan. Letaknya tidak jauh dari rumah, hanya sekitar 5 menit dari rumah dengan naik mobil. Terletak di Fort Zumwalt West Middle School. Sebelum berangkat, sempat menyaksikan di televisi bahwa antrian di salah satu tempat pemilihan sangat panjang dan kami berharap hal itu tidak terjadi di tempat yang akan kami tuju. Suasana tempat pemilihan itu bisa dikatakan sanagt tenang mengingat ada even penting yang sedang dilaksanakan. Tidak ada barisan satuan pengamanan yang berjajar di pintu masuk. sebelum pintu masuk yang terlihat adalah seorang wanita bertubuh subur sedang duduk dan ada tulisan disebelahnya "Any question about vote? I can help you." Aku juga tidak menjumpai foto atau pun poster para calon presiden. Hanya ada petunjuk cara pengisian ballot, itu pun cuma satu yang terpampang di dinding
Beruntunglah saat masuk antriannya tidak terlalu panjang. Ada dua baris pengantri yang berjajar dengan rapi. Mereka berbaris dengan patokan last name (nama akhir/belakang). Nama akhir berawalan huruf A-K, ada di baris pertama. Sedangkan L-Z ada di baris kedua. Oh ya, juga ada kartu pemilih bagi mereka yang sudah registrasi. Ukurannya sebesar separuh kertas kuarto. Isinya berupa identitas si pemilik kartu. Setelah mereka menunjukkan kartu pemilih itu ke petugas, mereka mendapatkan ballot (kartu suara). Ukuran kartu suaranya sebesar kertas folio, berwarna putih dan tidak ada gambar calon presiden seperti lazimnya ditemukan di Indonesia. Setelah itu menuju ke tempat bilik suara. Ukurannya lebih kecil dari bilik suara alumunium di Indonesia. Tidak terbuat dari alumunium, tetapi nampaknya terbuat dari bahan yang sama dengan tupperware (berbagai macam peralatan makan dari plastik tapi aman dan mahal harganya). Di dalam bilik itu tidak dijumpai benda tajam yang jika di Indonesia digunakan untuk mencoblos calon presiden. Hanya ada pensil. Dan juga petunjuk pengisian ballot. Yah, metode pemungutan suaranya mirip dengan ujian nasional. Kita tinggal menghitamkan pilihan mana yang kita mau. Sayangnya, aku tidak bisa melihat lebih jelas lagi konten apa saja yang ada di ballot tersebut. Setelah diisi, ballot tersebut dimasukkan ke dalam kotak suara yang juga dilengkapi scanner. Jadi saat ballot dimasukkan ke kotak suara, saat itu juga discanner. Setelah memasukkan ballot ke kotak suara (Ballot box), para pemilih bisa mengambil stiker yang diletakkan di atas ballot box. Stiker kecil itu bertuliskan "I VOTED" dan juga ada gambar bendera Amerika sebagai pertanda kalau sudah melakukan vote. Dan kebanyakan mereka memasang stiker itu di baju. Ada juga yang tidak mengambil stiker tersebut. Kalau di Indonesia sebagai pertanda bahwa kita sudah mencoblos, jari kita dicelupkan ke tinta ungu.
Oleh karena itulah, hasil election tersebut mudah diketahui. Kurang dari 12 jam setelah election dibuka, Obama melaju jauh dan sudah ada yang memprediksikan kalau dia akan memenangkan kursi president. Ada sedikit perbedaan antara penghitungan di Indonesia dan juga Amerika Serikat. Kalau di Indonesia, dihitung berdasarkan jumlah seluruh pemilih, di Amerika sini menggunakan electoral votes (jumlah suara tiap states). Jadi begini, ini agak sedikit membingungkan. Tiap state punya jumlah electoral votes berbeda-beda, sepertinya itu berdasarkan banyaknya penduduk yang mendiami state tersebut. Sebagai contoh, state Missouri, jumlah electoral vote ada 11. Jadi jika Obama memenangkan Missouri misalnya 52%, sedangkan McCain 48%, maka electoral vote milik Missouri, jatuh ke tangan Obama. untuk memenangkan kursi Presiden, cukup mengantongi 270 electoral vote. Sedangkan Obama mengantongi 349, sepertinya itu rekor baru juga, seorang presiden mengantongi jumlah electro vote yang fantastis. Terlalu banyak sejarah baru yang terungkap, jika kita membahasnya satu persatu disini. Tapi aku sangat bersyukur sekali bisa menyaksikan awal sejarah baru Amerika Serikat disini. Semoga dengan terpilihnya Barack Obama yang pernah tinggal di Indonesia dan punya ayah tiri orang Indonesia, bisa membawa perubahan yang mengarah pada kebaikan tentunya. Setidaknya tidak ada lagi perang atau invasi, sehingga dunia ini bisa menjadi lebih tenang dan damai. Dan juga dapat menyelesaikan krisis yang kini juga melanda Amerika Serikat. Memang Obama bukan dewa yang berarti dia dapat merubah segalanya dengan cepat dan mudah, ada banyak faktor dari itu yang diperhitungkan. Tapi setidaknya berharap boleh kan?
p.s. bagaimana pendapat kalian tentang artikel ku ini? bandingkan dengan yang dimuat di korann........sangat membuat ku kecewa berat........ini artikel impianku........aku menyajikan dengan cara berbeda dari sudut pandang yang beda dengan yang di bahas oleh media-media di Indonesia. apa ada yang tahu bagaimana cara pemilu disini berlangsung? apa ada yang tahu bagaimana cara kampanye para calon presiden lewat media massa? apa ada yang tahu apa pengertian dari electoral vote? aku tuh ya, researchnya sejak awal aku tiba disini. di kelas U.S. History aku berusaha keras memahami politik amerika dari penjelasan guru ku, Mr. Cliffe. padahal bahasa inggrisku tuh pas-pasan banget. orang murid amerika nya juga kebingungan dengar penjelasan Mr. Cliffe apa lagi aku? khusus buat pembaca blok, aku sajikan juga beberapa gambar untuk lebih mendeskripsikan bagaimana jalannya pemilu di USA. please enjoy it guys.....
setelah mendapatkan ballot, kemudian menuju ke bilik pencoblosan
ballot box beserta scanner di atasnya. setelah menghitamkan pilihan presiden, kartu suaranya dimasukkan ke kotak ini dan hasilnya akan otomatis di scan sehingga hasilnya bisa diketahui dengan cepat. lihat juga ada stiker kecil bertuliskan I VOTED.
Minggu, 09 November 2008
Bertarung dengan Anak Kecil dalam Trick and Treat (Spesial Halloween)
Rabu, 29 Oktober 2008
Six Flags, Rajanya Roller Coaster
Kamis, 23 Oktober 2008
Jalan-Jalan, PUMPKIN PATH
Sabtu, 18 Oktober 2008
Asyiknya Camping ala Amerika
Minggu lalu (10-12 Oktober 2008) adalah weekend yang berkesan. Karena itu pertama kalinya kami, para exchange students yang bearada di area Gateway Missouri berkumpul kembali. Ya kami harus menjalani kegiatan yang dinamakan orientasi. Orientasi ini dilaksanakan di Camp Point yang ada di danau Ozark. Sekitar 3 jam dari O’Fallon. Jadi orientasi ini bertujuan untuk memantau sejauh mana perkembangan para exchange student, apa mereka ada masalah dengan keluarga, sekolah, teman, dll. Semacam sharing lah. Juga untuk mempersiapkan kondisi para exchange students yang mungkin akan mengalami culture shock atau pun homesick dalam waktu dekat ini. Dalam bayanganku yang dinamakan camping itu, kita sam-sama mendirikan tenda dan kemudian tidur juga di tenda tersebut. Eh, ternyata aku salah. Camp Point yang ada di danau Ozark itu ternyata memang didesain khusus untuk camping, karena terletak di dekat danau dan di tengah hutan lindung. Jadi banyak juga hewan liar yang dapat dijumpai dengan mudahnya seperti tupai, ular, rusa, dan juga burung-burung yang aku tidak tahu namanya. Ada sekitar 6 bangunan terpisah yang dapat menampung 20 orang tiap bangunan. Dalam tiap-tiap bangunan tersebut dilengkapi dengan tempat tidur dan matras. Ada kamar mandi juga. Mirip-mirip dengan barak-lah. Kemudian ada satu bangunan yang lebih besar. Ternyata bangunan itu adalah ruang makan yang sangat luas beserta dapur yang peralatannya juga sangat lengkap. Wah kalau gini sih bukan camping namanya, cuma pindah tidur doank, pikirku saat itu. Habis, semuanya serba enak, apalagi makanannya, berlimpah. Hari I (10 oktober) belum ada kegiatan yang berarti karena sekitar pukul 10 malam kita semua baru sampai di tempat tujuan. Cuma pembagian jadwal piket. Yang beda disini adalah kita benar-benar talk together walk together. Semuanya dikerjakan secara bersama-sama. Rasa kebersamaan dan kekeluargaan sangat besar disini. Jujur, aku nggak pernah merasakan ini sebelumnya di Indonesia. Nah acara sesungguhnya dimulai keesokan harinya. Setelah sarapan, selanjutnya adalah pembagian grup dan kita mulai cerita dengan kehidupan kita sekarang. Tiap grup didampingi oleh 3 orang group leaders dimana group leaders ini adalah volunteer sejati di AFS Gateway Missouri. Aku bertemu dengan pasangan volunteer suami istri. Mereka adalah Phill dan Bonnie. Mereka benar-benar membuatku terharu karena pada saat orientasi kemarin mereka menggunkan kaos bertuliskan “I’ve been to Indonesia. Ask me more about it”. Dan ternyata mereka memang sudah 3-4 kali berkunjung ke Indonesia. Phill dulunya adalah foreign exchange juga. Dia dulu ke Filipina. Sekarang, dia telah berkunjung ke 104 negara sementara Bonnie, istri Phill sudah sekitar 102 negara. Bonnie juga seorang penulis. Sudah lebih dari 20 buku yang dia tulis. Bahkan buku pelajaran ku di quarter ini di International Cooking Class juga Bonnie yang menulisnya. Aku benar-benar beruntung dapat bergabung di AFS. Selain banyak pengalaman yang ku dapatkan, juga aku bertemu dengan orang-orang penting yang tentu saja memotivasi aku untuk melakukan hal yang lebih baik lagi dan juga dapat belajar langsung dari mereka. Sesi bincang-bincang dengan group leaders dibagi menjadi 3 sesi pada hari itu. Malam harinya ada tradisi khas camping Indonesia yang juga dapat kurasakan disini, yaitu api unggun. Nah yang membuat sedikit beda jika di Indonesia acara api unggun diselingi dengan membakar jagung, singkong dsb disini diganti dengan marshmallow. Marshmallow itu sejenis makanan ringan yang berstektur seperti busa, lembut, dan manis karena terbuat dari campuran gula atau sirup jagung, putih telur, gelatin, dan bahan perasa yang dikocok hingga mengembang. Cara makan marshmallow yang paling popular adalah dipanggang di atas api langsung hingga bagian luarnya mengalami karamelisasi dan bagian dalamnya menjadi sedikit meleleh. Itulah sebabnya di sini api unggun identik sekali dengan marsmallow. Tapi aku tidak bisa merasakan marshmallow disini karena terbuat dari gelatin. Umumnya gelatin di Negara Eropa dan Amerika terbuat dari tulang babi, sehingga aku tidak bisa menikmatinya. Ada banyak makanan yang salah satu bahannya adalah gelatin, sehingga aku harus tetap cermat dan waspada. Keesokan harinya acara dilanjutkan dengan games yang benar-benar menantang adrenalin dan diperlukan kerja sama. Kami semua, (44 orang) diberi tantangan untuk melewati dinding yang mirip terbuat dari terpal plastic yang diikatkan membentang di dua pohon. Tinggi dindingnya sekitar 3 meter. Kami semua harus melewati dinding itu. Kami harus berpikir keras bagaimana kami semua dapat berhasil melewati dinding itu. Kami diperbolehkan berdiskusi tetapi syaratnya tidak boleh bersuara sama sekali. Sekali lagi yang membuat lucu adalah kami diskusi dengan bahasa tarsan, alias tanpa bicara. Tapi akhirnya kami semua berhasil melewati dinding tersebut dalam waktu yang tidak terlalu lama. Caranya, cowok yang badannya gede dan kuat membantu teman-temannya yang lain untuk memanjat dinding tersebut dengan cara mengangkatnya. Mirip adegan di cheerleader yang biasa aku lihat saat Paige latihan cheer. Dan cara itu terbukti cukup efektif. Satu hal yang ku pelajari dari games tersebut selain team work adalah bahwa terkadang terlalu banyak mengemukakan pendapat tidak selalu menyelesaikan masalah. Dalam artian lebih baik jika praktek langsung, diterapkan secara langsung. Aku tidak yakin jika dalam diskusi bagaimana untuk melewati dinding itu kita diperbolehkan bicara, akan dapat cepat terselesaikan karena bakal banyak anak yang berebut ngomong, menganggap pendapatnya paling benar. Benar-benar weekend yang mengasyikkan.karena staf AFS di Missouri ini menjelaskan bahwa hanya di Gateway Missouri yang mengadakan acara camping dan juga sharing seperti ini. Akan ada camping lagi tahun depan pada bulan Januari dan juga bulan Mei sebelum kita kembali ke Negara masing-masing. Sebelum kita pulang ke rumah masing-masing, kita berfoto bersama. Dan bukan hanya para exchange students saja yang mendapat pembekalan orientasi. Keluarga pamong juga mendapatkan orientasi. Hanya saja orientasinya Cuma pada hari Minggu 12 Oktober saja. Di orientasi khusus orang tua juga membahas bagaimana perkembangan exchange students. Apa ada masalah atau tidak. Diane, staf AFS cerita kepada ku selama orientasi khusus orang tua mom cerita bahwa selama ini tidak mengalami masalah yang berarti dengan ku meskipun ini adalah pengalaman pertama mom dalam meng-hosting exchange student. Masih menurut cerita Diane lagi, mom sangat bangga dan berkesan ke aku saat aku berhasil menepis rasa takut ku terhadap anjing dalam waktu 2 minggu. Bahkan setelah itu aku juga jalan-jalan dengan Ollie, anjing mom jenis beagle. Yah dalam tempo waktu yang cukup singkat (2 bulan) aku berhasil menepis rasa takutku terhadap anjing (binatang berbulu), renang, dan juga ketinggian.
Kamis, 09 Oktober 2008
Banyak Kebetulan yang Tak Terduga
Nggak ada takbir seperti umumnya di Indonesia saat Ramadan berakhir. Nggak ada keramaian apa pun. Ya seperti hari-hari biasa saja. Tapi aku tetap bias mendengarkan takbir. Lho kok bias gimana caranya? Jadi gini, exchange students dari Indonesia membuat milist, sehingga kami tetap bias keep in touch. Ada salah satu teman yang mengirimkan suara takbir. Jadi aku dengerin tuh takbir lewat laptop. Meskipun di Negara yang mayoritas penduduknya bukan muslim tapi aku tetap bias mendengarkan takbir kan, nggak ada bedanya dengan di Indonesia. Ya sebagai exchange student yang jauh dari keluarga, teman, community, memang harus pintar-pintar menghibur diri. Take it easy. Kalau nggak gitu, stress mulu adanya, homesick.
Aku nggak menyangka kalau masjid yang akan ku tuju adalah masjid besar. Ada kubahnya juga. Yang menakjubkan terletak di samping gereja. Letaknya memang lumayan jauh dari rumah. Antara 30-40 menit. Masjidnya ada di St. Louis, metropolitannya Missouri. Sholat ied nya disini dimulai pukul 09.00. untuk mengantisipasi kemungkinan yang tidak diinginkan, kami berangkat dari rumah pukul 08.15. mom cukup mengkhawatirkan aku karena aku tidak mengenal siapapun di masjid itu. Makanya beliau menyempatkan bicara dengan laki-laki yang ada di depan pintu masjid (sepertinya dia pengurus masjid) dan menitipkan aku seraya menjelaskan bahwa aku exchange student dan tidak mengenal siapa-siapa di masjid ini. Oleh laki-laki itu aku dibawa ke lantai atas tempat dimana jamaah wanita berada. Kemudian bapak itu menitipkan aku ke seorang wanita yang juga kelihatannya pengurus masjid itu. Saat aku bicara dengan wanita itu, tiba-tiba aku mendengar suara, “Hey, Indonesia sini”. Aku mencari sumber suara itu. Dan betapa kagetnya saat aku melihat ada orang Indonesia di sini. Akhirnya aku pun bergabung dengan mereka.
Penasaran, aku tanya bu Rita (orang Indonesia yang memanggilku tadi), bagaimana mereka bias tahu kalau aku orang Indonesia. Apa karena wajahku tipe Asia? Tapi kebanyakan jamaah di masjid memang multi etnis, multi Negara. Beliau menjawab gara-gara pin yang aku pakai. Memang saat itu aku memakai pin Bendera Indonesia ditambah rok batik. Wah ternyata aku pintar juga, gara-gara pin itu aku ketemu orang Indonesia.
Ibadah sholat ied berakhir pukul 10.30. ada yang sedikit beda dengan sholat ied disini. Sama-sama 2 rokaat, tapi pada rokaat pertama cuma takbir 5 kali. Dan pada rokaat kedua sebelum rukuk takbir juga sebanyak 5 kali. Membuatku bingung karena tidak terbiasa dan tidak bias khusyuk karena terheran-heran.
Selepas sholat, ibu Rita mengundang untuk mampir ke rumahnya dulu. Beliau tinggal dekat masjid. Sekitar 5 menit naik mobil sampai lah. Setelah izin mom, aku pun turut serta dengan beliau beserta 3 orang anak mereka. Pak Arif dan bu Rita ini sudah tinggal selama 8 tahun. Di rumah mereka juga berkumpul 2 keluarga yang lain yaitu keluarga Pak Nur dan keluarga Pak Iwan. Dari merekalah aku tahu kalau juga ada orang Nganjuk yang menetap di Missouri. Pak Landung namanya. Wah, betapa terkejutnya aku. Benar-benar tidak menyangka. It’s a small world after all, isn’t?
Makanan khas lebaran juga ada di sini. Jadi bagi pembaca dan redaksi yang merasa kasihan kepada ku dan sering kali pamer makanan lebaran, jangan salah. Aku juga menikmati itu. Ada emping melinjo, pastel kering. Untuk menu makanannya adalah lontong (bungkus plastik), sayur lodeh terong dan labu, opor ayam dengan tahu (aku duga tuh tahu ada formalinnya. Kerasa sekali, kenyal banget, mungkin made in Indonesia kali ya dicampur formalin), dan sambal goreng hati lengkap dengan pete. Aku nggak suka pete, tapi pingin juga ngrasain pete in USA. Rasanya sih sama. Cuma baunya tidak terlalu menyengat. Aku sih sudah nggak tahu malu lagi meskipun baru kenal. Makan sampai kenyang, kebetulan perut lapar, jadi ya klop. Ada kebetulan lain lagi selain aku mendengar kabar kalau ada orang Nganjuk disini, yaitu ternyata rumah bu Rita dan pak Arif ini satu kompleks dengan apartemen Bryan (anak pertama mom). Jadi mom nggak kesulitan untuk menjemputku.
Waktu di rumah aku cerita banyak ke mom dan Paige terutama tentang makanan yang aku makan. Dan mau tahu reaksi mereka saat aku cerita aku makan hati sapi? Mereka terlongok kaget dengan muka ngeri dan sedikit jijik. Aku hanya ketawa saja melihatnya. Maklum jeroan (organ dalam) nggak dimakan disini. Cuma benar-benar daging saja yang dimakan. Misalnya ni, ayam saja yang diambil cuma bagian dada. Bagian yang lain? Nggak tahu tuh dikemanakan. Dibuang atau mungkin dijadikan makanan anjing? Wah gila, berarti kalau selama ini aku suka banget ma sayap ayam dan ceker, jatah si anjing yang ku makan. Jadi nggak ada bedanya donk antara aku dengan anjing?