Sabtu, 13 Desember 2008

Hari Raya Idul Adha yang Gagal

Hanya ada satu kata, menyesal, karena telah melewatkan momen spesial yang tidak akan terulang lagi. 8 Desember lalu merupakan hari raya umat Islam, yaitu Idul Adha. Bukan berarti aku lupa akan hari raya Idul Adha. Bahkan sehari sebelumnya (7 Desember 2008) aku menjalankan puasa Arafah. Ada sesuatu hal yang cukup menggelikan yang akan ku ceritakan di sini. Hari Senin pagi, aku sudah bersiap untuk berangkat ke masjid. Hari Jum'at, satu minggu sebelumnya (5 Desember 2008) aku sudah "pamit" kepada guru dan juga minta tugas ekstra karena pada hari Senin aku akan bolos sekolah untuk melaksanakan sholat ied. Oleh karena itu, hari Jum'at (5 Desember 2008) aku berada di sekolah sampai malam untuk mengerjakan artikel ku untuk newspaper yang dikejar dateline. Sekitar pukul 8.15 am, aku berangkat dari rumah menuju ke Masjid Daar-al-Islam, masjid yang sama dimana dulu aku melaksanakan sholat ied saat idul fitri dengan diantar mom dan Paige (host sister) yang kebetulan sambil sekalian jalan Paige harus kontrol ke dokter masalah tyroid-nya. Ada perasaan sedikit tidak enak berkecamuk di hati, tapi aku menepisnya dan mengatakan mungkin itu efek dari aku kurang tidur. Sekitar 40 menit kemudian hampir sampai di tempat tujuan. Yang membuatku sedikit heran adalah kenapa perempatan yang baru saja ku lewati tampak cukup lengang? Aku masih ingat saat Idul Fitri lalu perempatan itu cukup ramai. Muncul kekhawatiran dalam benak ku. Yang terpikirkan waktu itu adalah apa aku datang terlambat? Sehingga mungkin sholat ied-nya sudah dimulai. Aku sempat menengok Gereja Katolik yang letaknya sebelum masjid dan ternyata Gereja itu cukup ramai oleh orang. Ada semacam perayaan juga rupanya. Saat mobil yang ku tumpangi meluncur mendekati masjid, sambil meraih tas yang aku letakkan di bawah jok, aku hanya bisa terlongok kaget dengan mulut terbuka saat aku melihat pelataran masjid yang lengang dan sepi. Saat mobil berputar dan masuk ke pelataran masjid, barulah jelas terbaca apa yang ada di papan pengumuman yang menjelaskan bahwa sholat idul adha dilaksanakan di convention center di St. Charles pukul 9.15 am (Sebenarnya St. Charles relatf lebih dekat dengan O Fallon, sekitar 20 menit). Aku hanya bisa melongo, tidak bisa menutupi kekecewaan ku. Mau bagaimana lagi. Aku telah melewatkan momen besar itu. Mau ke St. Charles juga sudah nggak mungkin, waktunya mepet ditambah lagi Paige ada janji dengan dokter jam 9.30 pm. Yang membuatku benar-benar menyesal adalah semua itu karena kesalahpahaman. Karena sebelumnya aku mengontak pak Landung untuk mengetahui dengan pasti kapan dan dimana diselenggarakannya sholat ied. beliau kemudian mengirimkan balasan bahwa sholat ied akan dilaksanakan di convention center seperti tahun-tahun sebelumnya. Sementara beliau sendiri akan melaksanakan sholat ied di masjid Bilal di down town yang diselenggarakan pukul 8 am karena beliau sudah harus ke kantor pukul 10 am. Nah, bulan desember memang bulan sibuk terutama mom yang seorang hair dresser harus berulang kali mengatur jadwal. Malam hari sebelum hari senin, aku menceritakan isi email dari Pak Landung ke mom dan mengatakan bahwa sholatnya di convention center. Tapi mom bilang, dia tidak tahu tempat itu dimana. Makanya dia bilang tidak apa- apa mengantar ku sampai ke St. Louis, meski itu relatif lebih jauh. Nah setelah mom membaca pengumuman di masjid itu, baru akhirnya dia bertanya kenapa kok ibadahnya di hall convention center? karena setahu mom (karena mom christian) kalau mereka ibadah ya di Gereja karena setahu mom di daerah Convention Center itu tidak ada masjid. Baru aku menjelaskan kalau sholat ied itu terkadang masjidnya tidak muat untuk menampung semua jemaah, makanya terkadang dilakukan di tempat yang lebih luas, barulah mom mengerti dan mengatakan kepadaku bahwa dia tahu sebenarnya letak Convention Center, tapi mom mengiranya ada masjid di daerah convention center makanya dia bilang tidak tahu. Olala. jadilah hari raya idul fitri kemarin aku menghabiskan waktu dengan mengantar paige ke dokter, kemudian lunch di St. Louis Bread Co. Mereka mencoba menghiburku dengan mengatakan aku tidak perlu sedih karena telah melewatkan hari raya idul fitri karena sebentar lagi christmas dan aku bisa merayakan christmas bareng mereka. aku hanya tersenyum mendengarnya. Meski aku tidak mengikuti sholat ied itu, bukan berarti aku tidak mencari tahu apakah tradisi Idul Adha di Amerika sama dengan di Indonesia? bagaimana dengan hewan kurban? Menurut penuturan Pak Landung via telepon, idul adha di amerika jauh lebih meriah dibanding idul fitri. sangat jauh terbalik dengan di indonesia karena di sini (amerika) muslimnya kebannyakan dari timur tengah. hewan kurban pastinya ada, tapi itu tidak disembelih di daerah sini (sekitar St. Louis) tetapi di daerah lain. Dan itu juga dibagikan kepada masyarakat Amerika yang membutuhkan (catatan: tidak semua masyarakat Amerika itu kaya). Tetapi Pak Landung tidak tahu dengan pasti bagaimana proses pembagian daging kurban itu. Lebih jauh lagi beliau menceritakan bahwa bagi orang indonesia yang berkurban biasanya kurbannya dikirimkan ke Indonesia. Jadi dalam bentuk uang itu dikirim ke Indonesia kemudian dibelikan hewan kurban di Indonesia. Ada suatu organisasi orang indonesia muslim yang tinggal di Amerika, IMSA (Indonesian Muslim Society in America). Nah organisasi itu yang mengumpulkan uang kurban dan kemudian mengirimkannya ke Indonesia. Kemudian di Indonesia, mereka mempercayakan itu semua ke PKPU (Pos keadilan Peduli Umat).

Tidak ada komentar: