Rabu, 16 Februari 2011

Brunch at Consulate General of United States in Surabaya with Mr. Andrew Herrup

Tanggal 21 Januari 2011, aku mendapat telepon dari mbak Esty, staf dari Indonesia yang bekerja di Konsulat Jenderal Amerika Serikat di Surabaya, yang intinya adalah mengundangku dalam acara brunch beserta diskusi santai dengan Desk Officer of Departement State, yaitu Mr. Andrew Herrup. Dalam benak ku yang tertanam pertama kali adalah rasa kecewa (sedikit) karena pada tanggal 28-30 Januari itu aku sudah merencanakan untuk ikut dalam acara mid-year orientation Shugo dan Felix (dua siswa asing yang dihost di chapter Surabaya) yang sudah direncanakan akan dilaksanakan di Jogja. 

Rasa kecewa ku bisa sedikit terobati dengan menerapkan prinsip ilmu ekonomi mikro. Lho, apa hubungannya rasa kecewa dengan prinsip ilmu ekonomi mikro? Ternyata itu bisa dihubungkan. Salah satu dari prinsip ekonomi adalah "Orang menghadapi trade off", yang artinya adalah untuk mendapatkan sesuatu, maka orang harus mengorbankan sesuatu lainnya. Dan itu memang benar adanya, mau tidak mau aku harus memilih antara pergi ke Jogja atau datang memenuhi undangan dari Konsulat Jenderal. Akhirnya, aku memutuskan untuk datang memenuhi undangan brunch tersebut. 

Acara brunch itu dilaksanakan di rumah dinas Konsulat Jenderal. Menurut undangan, acara dimulai pukul 08.30. Sekilas kenangan memori 2,5 tahun silam, saat aku dan teman-teman lainnya mendapat undangan brunch sebelum kami berangkat ke Amerika. Saat memarkir motor di depan pos penjaga, sudah ada dua motor lain yang sudah terparkir. Dan aku mengira pasti sudah ada yang datang terlebih dahulu. Sampai akhirnya saat lapor ke pos penjaga dan bapak penjaga itu bilang kalau aku lah orang pertama yang datang. Setelah melapor, aku  diantar masuk dan mulai diperiksa barang bawaanku. Saat aku melirik jam tangan ku, jarum jam menunjuk pukul 08.15. Lucunya, bapak pemeriksa barang bawaanku sewaktu menemukan case tempat kamera ku, bapak itu berkata, "Ini tempat hape ya mbak?". Aku hanya tersenyum tanpa menjawab seraya dalam hati berkata "Ya Allah pak, masak nggak bisa bedain mana hape mana kamera." Setelah melewati pemeriksaan barang, aku masuk, terkejutnya dari dalam ada orang bertubuh tinggi besar memakai baju batik membukakan pintu dan memperkenalkan dirinya sebagai Michael. Michael kemudian memperkenalkan ku kepada seorang pria yang berdiri disampingnya. Untuk kesekian kalinya, ada sedikit rasa menyesal kenapa tinggi badan ku hanya 162 cm, seolah aku hilang diantara tubuh besar mereka (lebih menyesal lagi karena aku memakai flat shoes yang membuatku menjadi semakin pendek saja). Tampak di meja ada cangkir berisi kopi yang sepertinya milik Andrew. Dalam hati aku bergumam pasti Andrew ini sudah siap di tempat ini untuk menyambut kami. Untung saja aku datang lebih awal, kalau sampai telat betapa malunya aku. Orang yang mempunyai kedudukan penting dan sangat sibuk bahkan sudah siap dari awal untuk menyambut tamunya yang nota bene adalah remaja tanggung seusiaku. Lebih ironisnya lagi. banyak sekali yang datang terlambat. Aku juga tidak tahu kenapa sepertinya susah sekali bagi kita untuk datang tepat waktu. 

Oh ya aku lupa belum menjelaskan siapa sebenarnya Andrew ini. Jadi Andrew ini adalah Senior Country Officer, Office of Maritime South East Asian Affairs, Bureau of East Asian and Pacific Affairs, United States Department of State. Beliau di Indonesia hanya untuk 7 hari, 5 hari di Jakarta dan 2 hari di Surabaya. Lebih mengejutkan lagi, beliau dulu juga mengikuti program AFS ke Jepang (sedikit bangga ya setidaknya kami mempunyai ikatan dekat, yaitu sama-sama alumni AFS).

Inti dari acara brunch tersebut adalah untuk mengetahui pendapat para remaja yang pernah mendapatkan beasiswa ke Amerika Serikat beserta manfaat yang bisa diambil dari pengalaman tersebut. Nah Andrew ini nanti menyampaikan langsung hasil observasinya ke Departement of State. Nantinya hal tersebut akan menjadi pertimbangan Departement of State mengenai kelanjutan kerja sama di bidang pendidikan melalui program exchange itu. Di tempat itu juga aku bertemu dengan 3 exchange teachers dari program Fullbright. Satu pertanyaan ku yang belum terjawab, mengapa para guru itu memilih Indonesia? Apa sebenarnya yang mereka cari? Untuk belajar bahasa Indonesia kah? Tetapi bahasa Indonesia bukanlah bahasa Internasional seperti Spanyol, Arab, ataupun Mandarin. Tersenyum juga saat aku di Amerika dulu persis ditanya pertanyaan yang sama oleh orang Amerika yang mengetahui bahwa aku adalah exchange student "Why did you choose to come to United States?"

Meskipun seperti itu, aku belum bisa memahami, pengalaman apa yang mereka cari di Indonesia? Mungkin aku memang harus bertanya langsung kepada mereka.


brunch : brunch and lunch (jamuan makan yang waktunya pertengahan antara jam makan pagi dengan jam makan siang)


(Maaf tidak sempat mengambil foto karena memang waktunya tidak memungkinkan dan berhubung Andrew sangat sibuk dan waktunya terbatas)