Minggu, 28 Juni 2009

I’m Happy and should be happy with My Life

I’m Happy and should be happy with My Life
The first day of summer, farewell party with Indonesian families.

21 Juni lalu adalah the first day of summer sekaligus merupakan hari terpanjang. Bayangkan saja maghribnya sekitar pukul 8.50 pm. Panas yang menyengat juga begitu terasa. Pukul 8 pagi suhu menunjukkan kisaran 90 F (32 C). Missouri memang panas, terutama saat summer. Kelembapan cukup tinggi tetapi terasa kering dan tidak ada angin yang berhembus. Maklum, jauh dari laut dan terletak ditengah. Indonesia memang panas dan lembab, tetapi bentuk kepulauan memberikan keuntungan tersendiri yaitu angin yang berhembus masih bisa dirasakan. Saat tanggal 23 juni lalu, yang merupakan panas tertinggi, rekor panas mencapai 100 F (38 C). Di tengah kota di St. Louis panas mencapai 110 F (43 C). dikabarkan juga 3 orang meninggal dunia akibat udara panas yang tinggi itu. Meskipun aku orang Indonesia yang biasa di daerah panas, aku juga tidak tahan dengan panasnya Missouri. Panasnya lain, terasa kering dan mengakibatkan sesak nafas serta badan lemas. Keringat pun tidak bisa mengalir lancar. Untuk itu dianjurkan minum air sebanyak mungkin agar tidak dehidrasi. Aku lebih memilih di dalam rumah dari pada ke luar rumah. Pernah suatu hari suhu 94 F (34 C) dan terlalu banyak di luar ruangan karena pool party, kepala sudah terasa berat, seperti mau pingsan.
Hari pertama di musim panas ini merupakan suatu reminder bagiku bahwa dalam beberapa hari ke depan aku akan meninggalkan rumah di sini (O’Fallon, Missouri), host family, dan teman-teman. Karena 28 Juni adalah hari terakhir tinggal di rumah host family dan pukul 3 pm pada hari itu juga harus berpisah dengan host family untuk last orientation sebelum kembali ke Negara masing-masing.
Menyadari itu, pak Landung (orang dari Nganjuk yang sudah lama tinggal di Amerika dan aku sudah menceritakan tentang dia dulu) tanggal 21 Juni lalu mengadakan semacam farewell party untuk ku dengan mengundang beberapa keluarga Indonesia dan juga host family ku. Sayangnya hanya mom yang bisa hadir sementara Paige tidak bisa hadir dikarenakan dia punya acara dengan ayahnya. 21 Juni di USA merupakan Father’s Day alias hari ayah. Biasanya anak akan merayakan seharian dengan ayahnya seperti memberikan hadiah dan juga dinner bersama. Acara ini aku lebih suka menyebutnya dengan Indonesian Day karena pasti makanan yang terhidang ala Indonesia. Sebut saja sebagai appetizer-nya (makanan pembuka) ada karedok, siomay, martabak telur, dan lumpia. Untuk main course-nya ada sate kambing, gulai daun singkong (tapi bahannya bukan daun singkong melainkan daun collar green), nugget ikan, dan mie ayam bakso. Sebagai dessert ada asinan sayur, pudding buah, es teler, dan ice cream.
Aku pun juga mengenalkan makanan itu ke mom. Aku salut karena dia juga mencoba hampir semua makanan kecuali sate kambing karena alasan kesehatan. Daging kambing tidak umum dimakan di USA. Saat mencoba karedok (aku bilangnya Indonesian salad with peanut sauce) mom bilang “It’s too spicy”. Aku hanya tertawa menyadari bahwa semangkuk besar karedok cabe-nya hanya 4 dan itu pun cabe rawit hijau. Saat aku tanya mom makanan apa yang menjadi favoritnya, dia menjawab “Lumpia”. Bahkan saat melihat lumpia terhidang di meja mom langsung mengenali itu adalah lumpia. Maklum aku cukup sering membuat lumpia terutama jika ada party, baik teman maupun keluarga selalu memintaku membuat lumpia.
Minggu terakhir tinggal bersama host family, hampir bisa dipastikan dinner bersama selalu menjadi momen spesial. Hari rabu (24 Juni 2009) mendapat undangan dinner dari tante Hera dan suaminya, om Alan. Tante Hera adalah orang Indonesia asli Jogja dan pindah ke USA saat high school dan sekarang bersuamikan om Alan, orang asli Amerika tetapi sangat fasih bicara bahasa Indonesia karena pernah tinggal selama 10 tahun di Jakarta. Om Alan ini masih sering berkunjung ke Indonesia, setidaknya setahun sekali karena dia juga masih punya perusahaan di Indonesia. Kenal tante Hera dari John yang merupakan volunteer di AFS dan kemudian tante Hera mengundang ku ke event yang dia pegang seperti Concert Jazz serta di acara culture night dalam rangka International Education Week di Principia College, Illinois-state. Yang lebih lucu lagi, meskipun yang asli orang Indonesia adalah tante Hera tetapi bahasa Indonesia om Alan jauh lebih bagus. Istilahnya bahasa Indonesia om Alan termasuk bahasa gaul percakapan sehari-hari sementara bahasa tante Hera cenderung kaku dan formal.
Tempat dinner kami adalah di restoran Emperor Palace di Chesterfield, Missouri. Hanya 20 menit dari O’Fallon. Yang mengesankan adalah restoran itu menawarkan bentuk buffet (kalau di Indonesia terkenal dengan nama All You Can Eat, alias ambil dan makan sepuasnya). Pemilik restaurant itu adalah orang Cina yang kenal baik dengan tante Hera karena berlatih Yoga di tempat yang sama. Buffet ini menawarkan makanan Asia. Ada stan Negara tersendiri. Dimulai paling ujung ada Jepang, Mongolia, Vietnam, dan China. Juga ada deretan dessert yang menggugah selera seperti cakes, ice cream, dan juga ada strawberry fondue yang merupakan sate strawberry dicelupkan ke air mancur coklat. Sungguh sangat lezat. Makanan yang membuatku tertarik adalah Mongolian BBQ. Jadi dalam satu mangkuk kita memilih bahan-bahan yang kita suka seperti sayuran, mie, daging, dan sea food. Bahkan kita juga memilih bumbunya juga. Ada lebih dari 20 jenis bumbu seperti fresh garlic, lemon, curry thai, oyster, sinchuan, bahkan juga ada sambal pedas. Si koki hanya tinggal memasak bahan-bahan beserta bumbu yang sudah kita pilih dalam mangkok. Memasaknya pun unik. Di masak di wajan bulat pipih yang sangat besar dan juga bersamaan dengan pesanan beberapa pengunjung lainnya. Memasaknya Cuma ditumis saja tanpa bahan tambahan. Tidak dibutuhkan waktu lama untuk menumis bahan-bahan itu. Karena dagingnya merupakan daging beku yang diiris sangat tipis sehingga tidak memerlukan waktu lama untuk memasaknya. Sungguh di luar dugaan bahwa tante Hera kenal dan pernah berjumpa dengan Tanri Abeng (Mantan Menteri Negara Pemberdayaan BUMN Kabinet Pembangunan IV dan Kabinet Reformasi) [Mbak Dian, mohon dicek ulang itu masalah jabatan Tanri Abneg] saat Tanri Abeng mengikuti program AFS (American Field Service) sebagai exchange student, yang juga berstatus sama dengan statusku sekarang. Tante Hera bercerita bahwa dia sungguh tidak mengira jika Tanri Abeng ini yang dia temui di Amerika menjadi seorang Mentri di Indonesia kemudian harinya. Mungkin karena itulah baik tante Hera maupun om Alan menaruh ekspetasi yang cukup besar terhadap exchange student, khususnya yang dari Indonesia. Karena mereka beranggapan exchange student adalah pemimpin bangsa kelak karena mereka mempunyai kelebihan dalam better understanding terhadap dunia luar. Tiap tahun, tante Hera selalu bertanya kepada John mengenai exchange student dari Indonesia yang tinggal di daerah Missouri. Apakah benar kami selaku exchange students merupakan calon pemimpin bangsa kelak? Tidak ada yang tahu. Berakhirnya program AFS ini bukanlah akhir segalanya bagiku. Perasaan sedih memang ada untuk meninggalkan USA yang bagiku sudah merupakan seperti rumah tersendiri. Pulang kembali ke Indonesia bukan akhir dari segalanya, justru itu langkah awal untuk memulai lagi semuanya dengan baik berbekal pengalaman satu tahun yang tidak bisa dikatakan mudah. Seperti motto AFS, better learning better understanding, it’s not right it’s not wrong it’s just different. Terlebih aku juga mengharapkan program ini tidak berhenti sampai di sini saja. Semoga untuk selamanya program ini tetap ada dan memberikan scholarship bagi mereka yang berminat sungguh-sungguh dan mau belajar. Amin.

Senin, 15 Juni 2009

I LOVE SCHOOL

Asyiknya sekolah di Amrik

Belum genap sebulan sekolah usai tetapi aku sudah merindukan sekolah. Sekolah usai tanggal 19 Mei lalu bertepatan dengan hari terakhir ujian akhir bagi senior. Bagiku sekolah disini bukan hanya sekedar untuk menuntut ilmu tetapi juga hiburan. Bertemu dengan teman-teman dan materi yang diajarkan menarik. Ruangan kelas yang cukup luas serta fasilitas yang sangat lengkap, guru yang selalu ada sebelum dan sesudah jam sekolah. Aku benar-benar merindukan saat-saat seperti itu. Sangat terkejut saat aku menanyakan berapa biaya sekolah di USA sini. Mereka menjawab kalau semenjak di taman kanak-kanak hingga high school mereka tidak membayar apa pun alias gratis. Lucu juga mengingat di Indonesia ada BOS (Bantuan Operasional Sekolah) yang tujuannya agar mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah pertama gratis dari biaya SPP. Tapi di lain itu siswa harus membayar seragam yang jauh lebih mahal dibanding jika beli sendiri di luar, membeli beberapa buku paket dan juga wajib membeli BKS (Buku Kerja Siswa) yang harganya juga mahal. Lalu dimana fungsi dari BOS yang katanya bertujuan meringankan biaya sekolah sehingga setiap anak berkesempatan memperoleh pendidikan? Kalau sebenarnya biaya selain SPP itu yang sangat mahal? Untuk buku paket, saat aku sekolah dipinjami secara gratis dan dalam kondisi bagus. Bukunya hard cover dan full color. Yellow pages saja tidak sebanding dengan besarnya buku paket yang dipinjami sekolah. Saat aku membawa pulang buku itu karena ada tugas, membawa dua buku sekaligus seolah mengangkut sekarung beras seberat 5 kg. Maka dari itu di USA sini setiap sekolah pasti ada loker yang digunakan untuk menyimpan buku atau barang lainnya keperluan sekolah. Tidak bisa membayangkan jika tidak ada loker mesti membawa buku setebal itu setiap hari ke sekolah. Selain itu juga ada bis sekolah yang siap mengantar jemput mereka secara gratis. Hanya perlu sign up saja, tidak ada biaya tambahan lain. Sekolah di USA sini bisa gratis dengan fasilitas yang lengkap karena pajak. Tiap orang disini pasti membayar pajak. Produk di toko ataupun di supermarket juga dikenakan pajak. Jadi uang yang kita belanjakan disini dan pajak yang kita bayar, pajak itu salah satunya digunakan untuk kepentingan pendidikan sehingga tidak dikenakan biaya apapun. Cukup terkejut saat beberapa minggu lalu menerima milis dari Forum Lingkar Pena (FLP) Jepang [Forum untuk para penulis Lingkar Pena Indonesia yang berdomisili di Jepang ataupun returnee] membahas mengenai beberapa sekolah yang tidak lulus 100% dan itu merupakan sekolah rintisan internasional. Menyadari itu aku terkejut betapa banyak sekolah negri di Indonesia yang berlomba-lomba untuk mendapatkan titel sekolah internasional dengan pengantar bahasa Inggris, menggunakan ruangan khusus, fasilitas khusus dsb, tetapi juga dengan biaya khusus yang fantastis. Apakah itu benar salah satu cara untuk meningkatkan kualitas sekolah dan pendidikan? Atau itu hanyalah cara diskriminasi antara yang pintar dan bodoh atau kaya dan miskin. Atau itu hanyalah iklan dari sekolah untuk menjaring peminat? Bukankah sekolah didirikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai dengan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945? Tidak semua manusia dilahirkan sangat cerdas. Bukan berarti aku tidak setuju dengan klasifikasi kelas khusus untuk anak cerdas. Bukankah akan lebih sangat indah jika yang cerdas membantu yang kurang cerdas untuk memahami pelajaran? Bukankah hakikat hidup itu seperti itu? Untuk apa menjadi cerdas jika hanya untuk diri sendiri? Seperti halnya di USA sini ada kegiatan tutoring, dimana siswa yang kemampuannya di atas rata-rata terhadap suatu mata pelajaran membantu temannya yang kurang paham dan itu dilakukan di luar jam pelajaran. Di USA sini syarat kelulusan berbeda dengan Indonesia. Mirip anak kuliahan dimana harus memenuhi angka credit tertentu. Credit untuk tahun ini adalah 22 dan mulai tahun depan akan dinaikkan menjadi 24. Jika belum bisa memenuhi credit, maka dipastikan tidak bisa lulus bersamaan dengan teman-teman yang lain. Tahun ini di Fort Zumwalt West (FZW) ada 6 orang yang tidak lulus karena credit-nya belum terpenuhi. Sungguh unik system pendidikan di Indonesia, terutama mengenai UAN. Bukankah tujuan dilaksanakannya UAN untuk menjaring siswa mana yang siap melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi? Kalau tujuan dilaksanakannya UAN untuk meluluskan semua siswa, maka kenapa harus ada UAN? Gagal bukan berarti kalah dengan segalanya. Seperti yang aku alami saat ini, aku gagal lulus SMA bersama teman-temanku yang lain, dan dipastikan aku tidak lulus SMA tahun ini karena tidak mengikuti UAN dan menjalani exchange student. Walau sebagian teman menertawakan, justru itu memacuku untuk lebih giat belajar lagi. Waktu bukanlah patokan. Ada berapa banyak mahasiswa yang gagal dalam mata kuliah dan mereka harus mengulang? Ada berapa banyak mahasiswa yang tidak bisa wisuda tepat waktu? Bukankah itu seperti lelucon mengetahui sekolah yang tidak lulus 100% karena curang malah diberi kesempatan untuk mengulang ujian? Sementara ada yang benar-benar jujur dan kebetulan tidak lulus malah tidak dapat kesempatan untuk mengulang ujian. Kapankah kita mulai menghargai kejujuran? Aku masih sangat ingat betul saat guruku precalculus, Mrs. Malach memotong habis nilai tugas seorang teman karena dia ketahuan mengcopy pekerjaan itu dari teman lainnya dan juga teman yang memberi contekan. Guru di USA relatif teliti dalam mengoreksi pekerjaan murid-muridnya, sehingga siapa yang suka mencontek pekerjaan orang lain pasti akan terlihat. Sementara itu di kelas Anatomy and Physiology, Mrs. Klem jauh terkenal lebih kejam. Saat ujian semester ada yang ketahuan mencontek, langsung nilai siswa tersebut mendapat nol. Aku merasakan bahwa nilai disini bukanlah patokan utama, tetapi kejujuran yang menjadi poin utama. Disini juga tidak ada sistem remidi. Tetapi jika kita jujur dengan usaha kita sendiri, guru disinipun tidak keberatan untuk membantu. Pernah sepulang sekolah Mrs. Klem membantuku mempelajari anatomy jantung babi karena aku masih belum jelas, bahkan dia dengan suka rela melakukan dissection lagi agar aku lebih paham. Malu juga menyadari kita yang dengan bangganya menyanjungkan bahwa Indonesia Negara timur, terkenal dengan keramahan dan sopan santunnya juga berbudi luhur, tetapi dalam hal simpel, masalah kejujuran terutama dalam ujian saja tidak terbukti. Tidakkah kita malu menjudge Amerika misalnya sebagai Negara tidak bermoral. Bukan bermaksud memihak salah satu pihak, tetapi siapa yang sebenarnya tidak bermoral? Kenapa kita tidak berkaca pada diri sendiri terlebih dahulu?

Jumat, 05 Juni 2009

H-26

tidak ada rencana kemana-kemana karena acara renang bareng linn batal. sepertinya dia memang ogah untuk mengajariku. ya sudahlah, toh ada pembaca yang kelak akan mengajariku renang kan? secara gratis tentunya. untunglah paige mengajakku pergi bersama garry juga karena garry berniat mendapatkan tato di lengan kirinya.
cukup geli juga menyaksikan beberapa teman di sekolah menato tubuhnya karena mereka sudah 18. di USA sini usia 18 merupakan usia keramat. usia dimana dianggap dewasa karena usia segitu bisa memperoleh hak vote. samapi sekarang aku tetap nggak ngerti alasan kenapa garry menato lengan kirinya dengan gambar matahari merah menyala.
pukul 1 pm waktu missouri, kami pergi ke tempat yang dimaksud di T-Dogg, north county, Missouri. O'Fallon termasuk west county. jadi istilah county itu serupa dengan karesidenan-lah kalau di Indonesia. diperlukan waktu sekitar 50 menit untuk sampai di T-Dogg. dari luar ada tulisan bahwa anak dibawah usia 16 tahun dilarang masuk dan jika diperlukan harap menunjukkan identitas diri. segera ku lihat kartu identitas AFS ku yang tidak tertera tanggal lahir. hanya menelan ludah saja kalau tidak diijinkan masuk. saat memasuki pintu, musik heavy metal yang terdengar sudah membuatku nervous. pencahayaan yang memang dimodifikasi temaram menambah sangar suasana. belum lagi gambar tato-tato sepanjang tembok. serasa tidak punya tulang kaki terutama saat bertatapan dengan para pegawainya. namanya juga tempat bikin tato dan piercing (tindik) pegawainya juga penuh dengan tato dan piercing. piercing di hidung yang mengingatkanku akan sapi karena sapi saat kerja juga memakai suatu alat yang menembus melalui hidungnya. kan juga ada pepatah seperti kerbau dicocok hidungnya. belum lagi yang ditelinga, masya allah sampai berongga lebar dan dimasuki bundaran pipih mirip piring kecil. seperti berada di neraka dunia. apa kira-kira para setan itu seseram mereka penampakannya? seperti itukah perasaan uneasy saat di neraka? astagfirullahaladzim mungkin itu belum berarti apa-apa dibanding neraka sesungguhnya. menurutku T-Dogg itu jauh lebih menakutkan dibanding dengan kuburan. untuk mendapatkan tato atau piercing harus mengisi surat persetujuan dulu ternyata dan juga menunjukkan driving license (surat izin mengemudi). kalau dibawah 18 tahun dan ingin mendapatkan tato atau piercing maka mesti ada persetujuan dari orang tua. mau tahu berapa harga yang mesti dibayar untuk sebuah tato yang ukurannya lebih kecil dari telapak tanganku, $150. pikirku kenapa mereka gampang sekali membuang duit untuk tato seperti itu, aku nggak habis pikir. kebetulan mom juga anti sekali dengan tato, paige yang ngotot pingin punya tato mom jawab dengan lugas, "you are not mature enough to decide to get tattoo. if you are going to get tattoo, i'm not gonna pay for your college."
maaf ngelantur kau jelaskan proses pembuatan tato ini. setelah mereka menerima desainnya dari garry, dan garry mengisi formulir serta membayar harga tatonya, seorang laki-laki berambut pirang penuh dengan tato dan piercing mengcopy gambar itu pada selembar kertas karbon putih. lalu dengan semacam lotion, lengan garry dibersihkan dulu dan juga dicukur bulu-bulu rambutnya. setelah itu dibalurkan lotion berwarna kuning ke daerah lengan yang akan di tato kemudian copy design yang ada di karbon putih itu ditempelkan ke lengan itu jadinya gambar design-nya tertinggal di lengan garry. setelah itu garry diminta untuk melihat desaign yang tertempel di lengannya lewat kaca untuk memastikan apa garry menyukai posisi nya atau tidak. setelah garry menyatakan suka, maka operasi selanjutnya akan dimulai. dengan sebuah alat menyerupai pistol, dimasukkan jarum yang ukurannya lumayan gede. kemungkinan 10 kali lipat dari jarum suntik biasa. pewarna dituangkan ke dalam mangkuk plastik super mini. petugasnya memakai sarung tangan plastik berwarna hitam dan juga menaruh beberapa lotion yang mirip dengan lem di atas tangannya yang sudah terbungkus sarung tangan. mencelupkan jarum ke pewarna dan kemudian ke lotion itu diteruskan dengan ke area lengan yang sudah disketch. seperti suara bor di dokter gigi hanya saja lebih halus saat jarum itu bergesekkan dengan kulit garry. sekitar 40 menit untuk menyelesaikan tato itu dan mulailah tampak darah mengalir saat tato sudah selesai dibuat. petugas itu membalutkan tissue tebal dan mengisolasinya serta menjelaskan ke garry kalau itu harus ditutup selama sejam setelah itu baru dibuka dan dicuci dengan menggunakan air hangat beserta sabun. sepanjang perjalanan pulang tampak darah mengalir membanjiri lengan garry. dan paige yang kebagian mengusap darah itu agar darah tidak terus meleleh keluar. cukup ngeri juga melihatnya terbukti nafsu makanku hilang seketika. garry juga bercerita kalau rasanya sangatlah sakit. salut juga dia mampu bertahan. aku membayangkan diitusuk jarum suntik aja cukup sakit apalagi itu ukurannya 10 kali lipat dan ditusukkan berulang-ulang.
selanjutnya masih ada pesta di rumah garry karena orang tuanya belum di rumah juga. mengundang teman-temannya untuk datang dan sekedar kumpul-kumpul bahkan mengundang temannya untuk membawa minuman keras dan memperbolehkan minum disana. itulah kesalahan bodohku, kalau tau kumpul-kumpulnya bakal seperti itu aku lebih memilih untuk tinggal dirumah dan boring dari pada berkumpul di tengah-tengah orang mabuk. sungguh menjijikkan. meskipun garry nggak minum tapi mengundang bahkan memperbolehkan temannya untuk minum apakah itu tidak sama saja. walau aku tahu mereka bukan muslim dan tentu saja nggak ada larangan untuk meminumnya. sungguh aku sangat kecewa dengan malam itu. aku hanya diam dengan pandangan yang nanar menyaksikan kawan-kawanku dari sudut pandang lain yang entah mengapa aku begitu membencinya sekarang. aku merasa ini bukan tempatku bukan duniaku. airmata hampir mengalir saat graham lagi-lagi menggodaku dengan menari erotis tepat di muka ku memamerkan bokongnya dan menggeliat-geliat nggak karuan tepat dimuka aku duduk aku sudah berkata dengan tegas untuk stop. dia stop tapi tambah menjadi lagi. dengan bilang "oh let's make out tonight this is america. let's try it. i know you never make out before." sambil bibirnya mengeluarkan suara menggoda seperti orang mau nyium gitu. kesabaranku habis aku yang semula cuek dengan godaan mereka melangkahkan kaki meninggalkan tempat itu tanpa senyum. nggak habis pikir apa dikira aku mainan atau bahan lelucon? bahkan garry dan paige tidak membelaku sama sekali. walaupn itu lelucon, tapi itu termasuk pelecehan. benar-benar sial. meski akhirnya graham minta maaf tapi tetap aja merasa jengkel.
saat di rumah saking jengkelnya status di YM aku tulis "drunk people suck. i hate them". sepupu ku yang tinggal di jakarta chat aku. tanya kenapa dsb dan dengan merasa jengkel aku ceritain itu. tapi responnya membuatku benar-benar berpikir lagi. "Jangankan Amerika, di Jakarta saja begitu" ibarat tersentak listrik yang membuatku ingin meledak. gila, tak ku sangka indonesia gawatnya sudah seperti itu. ya Allah. prihatin. karena apa bahkan sepupu ku sendiri yang usianya satu tahun dibawahku itu berkata seperti itu seolah menganggap itu bukan sesuatu yang mengejutkan. perkatannya seolah meledekku. akan seperti apa Indonesia 10 tahun ke depan? jangan kan sepuluh tahun, Indonesia yang sudah kutinggalkan selama setahun, akankah berganti wajah seperti apa saat aku kemabli kelak? akankah aku merasa asing di negeri sendiri akibat aku tidak lagi mengenali itu semua? aku sangat muntab sekarang (termasuk melihat teman-teman ku di SMA kota kecil padahal, maaf ingin rasanya menampar kalian semua) kenapa kalian para remaja yang bergaya hidup hedonisme (bergaya berlimpahkan kemewahan, aku dapatkan istilah itu dari mas ku) nggak pernah berpikir untuk apa hidup itu? apakah kalian akan muda terus selamnya? pernahkah mikir tentang masa depan? pernahkah mikir orang disekitarmu untuk makan besok saja bingung. pernahkah mikir anak-anak yang ngamen di jalanan itu kenapa? kalau alasan kalian karena mereka malas nggak mau susah cari uang sekarang aku balikkan kejadiannya ke kalian, maukah kalian menjadi mereka mengemis dijalanan? punya hati nggak sih kalian? cobalah berpikir semalam saja. renungkan apa yang terjadi di sekitarmu. apa makna dari hura-hura itu? demi gengsikah? makan tuh gengsi, benar-benar orang yang tidak berpendirian dan tidak punya arah. jujur aku merasa kasihan juga melihat kalian seperti itu. tapi apa? kalian justruu tidak mengasihani diri kalian sendiri.


any comment? kritik? komentar? marah? merasa terhina? maaf ini hanya sekedar tulisan. jika tidak berkenan silahkan hubungi aku. terima kasih

Selasa, 02 Juni 2009

H-27

sampai rumah sekitar jam setengah dua dini hari tadi
hampir tidak ada yang ku kerjakan pagi ini selain bangun tidur sangat terlambat sekitar jam 11 dan menyadari bahwa rumah sepi tidak ada orang. menghabiskan waktu dengan menonton Mr. Bean cartoon di youtube, lumayan. chat sebentar dengan dita menggosip (namanya juga manusia, cewek lagi), chat dengan papa membahas masalah kelulusan dsb beserta kepulanganku nanti yang katanya mereka akan hadir pada acara penutupan orientasi pada tanggal 7 juli nanti. sementara mas dan mama akan datang sebelumnya dan akan menyambutku di bandara sebelum aku digiring ke wisma handayani untuk orientasi lagi. yang dipikiranku cuma satu. aku harap saat mama dan mas menyambutku mereka membawakan nasi padang untukku (hahaha otak korslet yang dipikirkan nasi padang terus). ngobrol sedikit dengan mama yang aku dengar benar-benar sedang berdiet lemak dan kolesterol dengan tidak makan gorengan, bahkan tempe pun direbus. hanya papa yang masih makan gorengan. sementara aku setuju banget kalau mama diet kolesterol dengan tidak makan gorengan atau memasak menggunakan santan. aku sekarang lebih cermat dan hati-hati masalah makanan. no gorengan, no lemak. tinggal di hostfam sini yang kehidupannya nyaris sehat tidak makan gorengan sama sekali (kecuali saat aku bikin lumpia) membuatku berpikir. aku yang di indonesia sakit-sakitan terutama kalau kecapekan disini alhamdulillah tidak pernah sakit secara serius kecuali saat alergi spring yang lalu dan itu pun berlalu begitu saja tanpa aku obatin. mungkin itu ya salah satu penyebab mengapa kebanyakan orang di USA sini bisa hidup jauh lebih lama dibandingkan orang di indonesia. grandma ku disini yang berusia 80 tahun masih sangat sehat dan lincah. buktinya dia tinggal sendiri di apartemennya dan juga masih sering nyetir kemana-kemana sendiri.
lumayan tidak ada acara pergi khusus berlibur. karena apa mom ku kerja disini, hairdresser justru banjir job saat liburan. host sister dapat kerja juga sebagai instruktur renang dan anehnya dia tahu nggak bisa renang dan aku bilang ke mom kalau aku pingin bisa renang mom justru bingung mencarikan instruktur lain sementara aku bilang kenapa nggak si paige aja yang ngajarin aku renang? dia nggak ada respon tuh, ya udahlah. ternyata ada linn yang mau ngajarin renang tapi ya itu dia masih sibuk keluyuran sama taman-temannya. aku sih maklum sajalah. yah dinikmati. barangkali ada pembaca yang mau mengajari aku renang secara gratis?
jadi malam tanggal 1 juni diajakin paige ke snowbiz. nggak tahu kenapa snowbiz saat musim spring dan summer ini populer banget. kalian tahukah apa snowbiz itu? cuma es serut yang dikasih sirup bermacam-macam rasa sesuai permintaan kita. mirip es lukong jaman ku sd yang es serut dicetak di tutp gelas kemudian dikasih sirup. tapi bedanya sirup di snowbiz sirup sehat dan memang untuk dikonsumsi manusia. sementara sirup si es lukong itu perlu dites kebenarannya apakah layak dikonsumsi manusia atau tidak. bayangkan saja bahan si sirup adalah pemanis buatan (sari manis yang tidak terdaftar di depkes karena kandungannya berbahya bagi manusia dan juga anci (pewarna kertas yang juga sangat berbahaya bagi kesehatan). harga si snowbiz ini lumayan kalau di rupiahkan. 1 cup ukuran small seharga $1,5 atau (1,5x11.000=Rp. 16.500)
ternyata kita nggak jadi ke snowbiz karena si garry, pacarnya paige datang ke rumah lewat jam 9 malam, si snowbiz tutup jam 9.30 pm. jadi ya sudahlah akhirnya nongkrong di rumah garry mau nonton dvd juga katanya. tiba-tiba datang teman lainnya. nggak jadi nonton dvd tapi malah nongkrong di backyard sambil nyalain api untuk penghangat. cuaca lumayan cerah sedikit dingin tap berkat si api itu nggak terasa. orang tua garry lagi nggak ada. beberapa teman mulai deh merokok. tapi mereka ngrokoknya cigar (cerutu). aneh, itu termasuk mahal. kemudian datanglah rhys, sambil bawa soda dan peralatan aneh seperti selang besar bercabang dua corong bensin eceran. mirip setir sepeda. iseng tanya rhys itu apa dia menjelaskan namanya bong beer. orang menuangkan beer disitu kemudian ada keran di tengahnya dibuka maka beer akan mengucur dengan deras langsung deh diminum. aku sih kurang percaya dengan penjelasan rhys karena dia pernah membohongiku dengan menjelaskan democrat=evil. eh ternyata rhys tidak berbohong. dengan soda beberapa teman bahkan dia sendiri mencobanya. bukan rhys namanya kalau membiarkan aku duduk tenang. dia dan garry memaksaku untuk mencoba juga, ditambah joewy adik garry yang besoknya ujian semester masih bertahan sampai lewat tengah malam demi melihatku mencobanya. rhys membujukku bahwa aku hanya mencoba setengah kaleng soda saja. karena soda yang dibawa adalah mount dew aku menolaknya karena kafeinnya tinggi sekali. bisa dua hari tidak tidur setelah minum mount dew itu. rhys nggak juga menyerah ditawarkannya rootbeer dan ditunjukkan padaku kalau itu caffein free. maka mau tidak mau aku pun mencobanya. takut mereka curang aku sendiri yang menuangkan setengah kaleng rootbeer itu. dipikir-pikir aku seperti manusia gelonggong (a.k.a sapi gelonggong) sebelum menaruh selang besar di mulut aku menjulur-julurkan lidah sampai mereka kesal dan rhys berkata, "ines put your tongue in your mouth". aku sempat bilang wah setengah kaleng banyak amat ya sampai tinggi gitu. mereka bilang itu cuma sedikit ko hanya saja selangnya panjang jadi kelihatan banyak. setelah memasukkan selang ke mulut aku mengacungkan jempol ok, kyle membuka keran dan rootbeer mengalir deras. aku cuma merasa biasa saja maklum anak desa biasa ngglogok (meneguk) dar kendi. lah justru mereka yang bengong terheran-heran sambil tepuk tangan dan tertawa. eh sialan ternyata mereka main curang. di akir mereka bilang kalau itu nggak setengah kaleng rootbeer tp satu. garry diam-diam menambahkannya tanpa sepengetahuanku. sialan. tapi di akhir mereka malah berebutan memeluk, kagum katanya. karena perkiraan mereka baru sedetik saja aku pasti akan muntah. secara itu soda kan banyak gas nya apalagi kalau ngglogok. hehehe, kebiasaan bapakku yang selalu ngglogok coca-cola dari botolnya membuatku sering menirunya dan membuahkan hasil. si rhys bahkan ngomong, "i'm so impress. i even don't have any face in front of you". hahaha....rasain tuh pikirku. emang segitu gampangnya ngerjain orang indonesia. lain kali aku tantang makan cabe sampai kamu mencret baru tahu rasa pikirku sambil tersenyum sendiri. remaja dimanapun mereka berada memang sering melakukan hal aneh-aneh. apa kalian juga?

Senin, 01 Juni 2009

Hari terakhir di bulan mei

baru sampai rumah setelah orientasi tanggal 29-31 kemarin. melelahkan. 28 hari lagi sebelum meninggalkan missouri. Amerika itu biasa-biasa saja. jangan tanya yang aneh-aneh atau macam-macam yang liburan ke sinilah ke situlah. aku nggak kemana-kemana kecuali paling muter-muter daerah O'Fallon-St.Louis-St.Charles. udah gitu aja. kadang iri dengan exchange student lainnya yang punya kesempatan bisa ngelihat ke sana ke situ bisa jalan-jalan ke tempat ini itu. memang setiap orang punya keberuntungan sendiri-sendiri. siapa sih yang nggak pingin ke NY, disneyland, dsb yang benar-benar khas Amrik? aku juga pingin. tapi kan nggak semua keinginan kita bisa terwujud bukan? kita harus legawa menerima keadaan dan bersyukur, itu yang susah. susah banget. aku cuma merasa lebih cepat waktu pulang lebih baik karena aku nggak akan mampus karena bosan sementara setiap hari selalu mendengar si ini si itu ke sana kemari. host fam aku biasa saja. host sister seringan sibuk sendiri kesana kemari. kalaupun di rumah juga palingan ma pacarnya mulu. meskipun aku diajak keluar gimana pun aku tetap orang Indonesia. aku tau diri juga dong, nggak enak ngrecokin. aku juga nggak nyaman diantara orang berduaan yang pacaran yang selalu mengumbar ciuman, setahun di Amrik dan melihat hal itu setiap hari tidak membuatku menjadikan ciuman adalah hal wajar dan lumrah dan aku bisa maklum. tetap...aku gak bisa menerima itu semua, aku malu neglihat itu semua. host mom sebagai hairdresser sibuk selalu. kalau di rumah ya aktifitas ma anjingnya atau nggak telepon ria. untuk komunikasi memang ada tapi seringnya aku nggak mau ganggu privasi dia. karena aku tahu dia capek. soalnya ini yang lucu masaknya cuma waktu dinner aja dan itu cuma 3x seminggu (senin, rabu, minggu) karena pada hari itu dia nggak kerja. sempat kaget saat dia masak sampai 4x seminggu, gak biasanya. memang kebiasaan orang disini gitu semua serba praktis. masaknya sekali langsung banyak terus disimpan di kulkas buat dimakan selanjutnya. saat aku tahu di orientasi lagi-lagi aku menelan ludah kebanyakan mereka cerita kalau sering makan di rumah karena mom nya mesti masak tiap malam untuk dinner. kenapa dinner mesti masaknya? pagi paling cuma sarapannya yang cepet seperti sereal, waffle, pancake, itu pun siap saji. sementara siang buat lunch tinggal bikin sandwich. jadi makan utamanya tiap dinner aja.
hostfam lain sibuk vacation bersama exchange student nya sementara aku cuma stay di rumah, apa seperti itu mau aku? nggak aku juga pingin jalan-jalan. ingin juga ikut AFS trip, tapi mahal biayanya, $1200, aku nggak punya uang sebanyak itu dan jika aku punya aku akan gunain untuk hal yang lebih penting dibanding jalan-jalan. keadaanku disini seperti itulah dan kenapa orang tetap mengira kalau aku disini cuma have fun? nggak seperti itu dan why do you guys expect more from me?
aku cuma anak desa yang sederhana. beberapa hari yang lalu aku sempat mikir, do i ever ask a favor like teenagers do? bahkan seingatku aku nggak pernah ngerengek minta dibelikan baju ke orang tua kalau mereka nggak membelikan. prinsipku adalah jika tidak dikasih ya sudah syukuri saja yang aku miliki banyak orang lain yang jauh dibawahku dan aku mesti bersyukur.
Bersyukur, legawa, menerima keadaan. Itu sangat tidak mudah, susah. Kenapa manusia mesti protes terus ya? Aku nggak ngerti. Itukah sifat asli manusia? Maksud aku curhat saat orientasi betapa aku merasa bosan setelah sekolah selesai. Dan jawaban mereka pun sebenarnya aku tahu dan mereka nggak perlu ngasih tahu lagi, “You can call your friend to hang out with them, call your liaison to take you somewhere, do some volunteering work.” Hang out with my friend. It sounds interesting but do you know what I feel since I was a little. Teman itu apa? Serasa nggak punya teman dan aku punya dunia sendiri. Dunia khayalku yang aku bisa jadi apa pun yang aku mau. Meski temanku banyak aku nggak tahu. Hanya satu yang di kepalaku, mereka nggak ikhlas berteman denganku. Aku judes, galak, nggak bisa senyum, nggak bisa basa-basi, untung saja otak ku lumayan encer. Kalau otak ku nggak encer pasti aku nggak bakalan punya teman. Maka dari itu banyak yang bilang aku rajin belajar Cuma karena apa? Aku pingin tetep bisa pinter karena sebenarnya aku takut jika aku nggak pinter lagi aku nggak akan punya teman. Terbukti disini, di USA otakku lumayan encer juga terutama masalah pengetahuan umum, science dan matematika. Banyak teman yang datang buat ngobrol atau sekedar say hi. Tapi setelah sekolah selesai dan ujian selesai ya udah mereka tinggal berlalu begitu saja. Hilang tidak ada kabarnya. Karena apa aku selalu menegerjakan tugas yang seabrek bahkan aku selalu selesai dengan itu semua sebelum waktunya untuk dikumpulkan. Aku jauh lebih pintar dari mereka bahkna dari host sister yang sering ngopy tugas A&P ku dan dia dapat cumlaude? Aku nggak lagi protes gak dapat medali. Karena bersyukur bisa mengikuti graduation ceremony dan mendapat honorary diploma. Medali itu berarti besar buat aku. Aku merasa apa yang aku kerjakan apa yang aku peroleh tidak cukup dihargai. Aku tahu tujuan itu semua agar aku tidak sombong karena menurut orang tua ku sendiri aku ada bakat untuk sombong. Tapi aku juga pingin untuk sekali apa yang aku kerjakan murni atas usahaku bisa dihargai. Bisa mendapat scholarship ke amrik dibilang “Selamat ya tapi ingat jangan somobong hal berangkat ke luar negeri ini bukan apa-apa lagi. Lihat pakde mu juga dapat S3 dr England, orang tua mu juga dua-duanya pernah ke luar negeri dapat beasiswa lagi, kalau mau dibanggakan dibanggakan seperti apa? Tidakkah malu nantinya? Jadi bersikaplah biasa saja.” Bagus maksud tujuannya agar aku selalu rendah hati dan aku tahu itu. Tapi tahukah mereka kalau itu juga yang membuat aku menjadi flat dan tidak berperasaan?
Aku suka tinggal disini, aku suka hostfamku, aku suka teman-temanku. Aku Cuma merasa manusia biasa saja. Nothing special.bisakah mereka menyisakan waktu sedikit saja buatku? Aku di USA sini nggak selamnya dan aku sebentar lagi mau pergi, kemungkinan kembali ke USA sini kecil. Seperti yang kata orang gunakan kesempatanmu sebaik mungkin aku juga pingin mumpung di USA gimana gitu kemana kek. Dan wahai kakak chapter, masihkah kau expect berlebih dengan prejudice berlebihanmu bahwa aku disini sangat bahagia dan selalu mengatakan aku kurang bersyukur? Aku nggak negluh ini hanya curahan. Mungkin anda sendiri yang mempunyai sudut pandang beda akan makna bersyukur. Aku tidak tahu.
Hang out ma teman disini aku tidak terlalu suka, mereka hanya keluyuran ke sana kemari paling ujungnya nongkrong di rumah teman dan ngobrol topic yang aku nggak tahu. Sejak di Indonesia aku memang nggak nyambung jika ngomong dengan yang sebaya aku lebih nyaman ngobrol dengan yang lebih tua karena lebih nyambung. Teman-teman disini mengira aku sangat bodoh karena kemampuan bahasa ku lemah memakai jilbab lagi. So what? Itu pilihan aku. Jika mereka akan lebih open dan welcome jika aku nggak pakai, lupakan aja mendingan aku nggak hang out sama mereka. Meski pun pakai jilbab ni suruhan bu de ku sebenarnya (maaf aku bohong jika aku selalu bilang ini kehendak sendiri) karena sepupu ku protes ingin lepas jilbab gar-gara aku nggak paaki. Aku ga punya pilihan lain, aku saying banget ma pakde dan bude ku itu. Mereka sangat baik aku nggak mau ngecewain mereka, terpaksa aku pakai, tapi aku tipe orang yang cukup berkomitmen. Sekali komitmen pakai ya aku pakai nggak akan dilepas. Selain itu teman-teman disini suka banget ngomongin dibelakang menjelekkan satu sama lain. Aku nggak suka itu, begitu mirisnya mereka bilang jelek dibelakang padahal dia itu teman baiknya eh setelah itu pergi ke rumahnya dan bilang I love you juga terus bilang jelek lagi tentang itu orang. Aku nggak cocok temenan ma mereka…..apalagi untuk hang out kesannya kalau ma mereka aku kayak orang bego karena nggak ngomong apa-apa karena aku nggak suka. Aku nggak bakalan ngomong ke orang kalau aku nggak suka……. Telpon liaison…..apa aku punya liaison? Sudah nggak pernah kontak lagi dianya sibuk sendiri. Yang janji ini itu juga nggak ditepati. Dulu janjian ketemuan di rumah itu eh justru dia ny nggak datang. Aku juga pingin ngerjain volunteer. Transportasi kendalanya. O’Fallon tu daerah suburban nggak ada angkutan siapa yang bisa nganterin aku ke sana coba…..mom aku sibuk…sister sibuk sendiri kalau nggak kelayapan terus ma temannya kadang sampai nginep di rumah temannya. Dulu minta antar ke toko india sepulang sekolah yang Cuma 5 menit dari rumah aja bilang, “Please try to ask mom”. Teman disini semua model hura-hura, aku nggak bisa model gitu bersenang-senang seolah-olah muda n hidup selamnya. Sementara aku ingat lagi beberapa rumah tetangga dari gedek jebol lagi n nggak punya WC, duit Cuma buat makan. Mana bisa aku ngikutin hura-hura? Aku juga tahu kalau sister lbih suka ma exchange student lainnya dibanding aku karena mereka lebih bisa open dan enak diajak fun. Begini susahnya mempertahankan prinsip, semoga aku kuat sampai akhir.
Aku pingin bisa special di mata orang lain, tapi nggak pernah karena aku nggak special. Aku ke amrik bukan untukk jalan-jalan tetapi untuk belajar budaya amerika itu seperti apa (meskipun organisasi bilang sebagai misi perdamaian dunia, memperkenalkan budaya, memperbaiki citra islam di mata amerika dsb tetapi yang justru ku rasakan adalah sebenarnya amerika sendiri yang pelan-pelan memaksa kita belajar budayanya. Kita disini otomatis belajar budaya amerika tidak mungkin orang amerika yang belajar budaya kita).
Tulisan ini sebagai pelepas stress saja setelah lama sekali apa yang aku pendam aku rasakan sendiri tanpa ada yang tahu. Aku Cuma butuh seseorang yang diajak ngomong dan bisa ngerti serta kasih masukan berdasar usia ku sekarang. Aku sayang banget ma mas ku satu-satunya. Tapi apakah dia tahu dia nggak pernah punya waktu buatku? Pernahkah dia sms Tanya gimana kabarku. Dia kulliah psikologi tentu tahu banyak masalah kejiwaan, aku pingin curhat tapi apa dia peduli? Aku cinta dia apa dia tahu? Aku jeles aku protes sebenarnya. Setelah punya pacar apa seperti itu? Kalau pulang ke rumah palingan tidur, nonton tv. Pernahkah Tanya kabar ku gimana?
Aku sebenarnya nggak cuek, cuek tampak di luar untuk melindungi diri agar tidak tampak lemah. Aku penakut, aku cengeng juga sebenarnya. Nggak ada yang tahu kan? Image cewek kuat dan tegar terlalu melekat di pikiran. Aku pingin tidur sekarang. Tidur dan pergi ke dunia dimana aku bisa menjadi diriku. Bebas mengekspresikan perasaanku, bebas berteriak kegirangan saat aku senang, bebas menangis dengan keras seperti bayi saat aku sedih. Mungkin itulah alas an aku menyukai kura-kura. Kura-kura punya tempurung yang dimana dia bisa menyembunyikan badannya. Aku juga pingin seperti itu sesuatu yang bisa menyembunyikanku dari apa pun, sesuatu yang bisa memberiku rasa perlindungan. Mimpi cepatlah datang dan singgah di tidurku.