Kamis, 25 November 2010

Mohon Maaf

Untuk sementara waktu blog ini belum aktif lagi dikarenakan laptop saya yang rusak dan harus menunggu untuk diperbaiki. Mudah-mudahan bulan depan sudah bisa dipakai lagi. Amin.... Karena sesungguhnya begitu banyak kisah yang ingin saya tulis di sini.


With Love,
Ines Latifah

Selasa, 13 Juli 2010

Kita dan Orang Tua Kita

"Sejak lahir, setiap hari ayah dan bunda memandikan kita dan memakaikan pakaian bersih, 3x sehari, 21x seminggu, 90x sebulan, 1080x setahun, lebih dari 6000x sampai kita bisa mandi sendiri. Di akhir hayatnya, ayah bunda tidak meminta, tapi dapatkah kita memandikannya dengan penuh kasih sayang dan memakaikan pakaian terakhirnya, yang cuma 1x?"

Itu adalah barisan sms yang dikirim oleh salah satu om ku ke ibu ku. Sempat tertegun saat ibu ku menunjukkan sms itu kepada ku. Aku tidak bisa berkata apa-apa. Hanya diam tertegun. dan tidak bisa berkomentar apa pun. Sepenuhnya tulisan sms itu benar. Parents have done everything to us for our happiness. What we have done to them? Especially for the rest of their life?
Kata-kata yang berarti dan perlu kita cerna serta teladani baik-baik. Betapa kita punya the most precious thing in the whole world, yaitu orang tua kita.
Saya sudah tidak bisa berkomentar banyak lagi.

BIG BOYS DON'T CRY

Tanggal 12 Juli 2010 saat hendak tidur siang aku mendapat sms berisi berita duka yang mengabarkan bahwa ayah dari temanku (sebut saja temanku itu A) meninggal dunia akibat penyakit liver. Sempat terkejut mendengarnya karena aku tidak tahu bahwa ayah A sakit parah. Lagi-lagi aku merasa gagal menjadi seorang teman yang sesungguhnya, yaitu bukan hanya teman yang enak diajak hang out saja. Memang benar beberapa bulan yang lalu, si A pernah sms minta didoakan supaya kondisi ayahnya cepat sembuh tetapi ketika ku tanya ayahnya sakit apa, A tidak menjawab. Sehingga aku akhirnya lupa menanyakan kabar ayah A lagi yang aku kira sudah sembuh dan beraktivitas normal.
Saat menjabat tangan A dan menyatakan rasa bela sungkawa aku melihat matanya masih sembab dan berwarna merah. Sangat terlihat dia berusaha tegar menutupi gundah hatinya. Sosok tinggi besar A yang selalu dipenuhi senyum dan membuat orang tersenyum karena dia yang sering ngowoh tidak terlihat. Meskipun ruangan itu dipenuhi oleh teman-temannya yang mencoba mengobrol dan menceritakan hal-hal lucu dan juga membahas kemenangan Spanyol di piala dunia pun tidak menarik minatnya untuk larut dalam obrolan. Sesekali dia menunduk dan mengusap muka dengan lututnya dan dari ceritanya terkuaklah kalau ayahnya menderita penyakit sirosis dan itu semua baru diketahui 2 bulan terakhir. Saat mendengar ceritanya, aku tahu bahwa penyakit itu sudah cukup parah. Ditandai dengan perut yang membesar, kaki bengkak, dan muka menghitam. Sebelum meninggal teman ku, A itu yang menghabiskan waktu bersama ayahnya dengan menonton TV. Ayahnya sempat muntah darah sebelum akhirnya meninggal.
Di sini yang akan aku tekankan adalah temanku itu, A, sungguh hebat. Dia terlihat paling tegar dibanding kakak perempuannya atau ibunya. Dia dengan tegar mengantar ayahnya sampai ke pemakaman. Aku tidak melihat air mata yang mengalir dari matanya. Sementara ibunya sudah berteriak menangis histeris memanggil ayahnya itu, dan kakak perempuannya tidak mau pergi beranjak dari makam ayahnya itu sebelum akhirnya dipaksa oleh sanak keluarga yang lain dan kemudian kakak temanku itu pingsan. Temanku itu juga yang akhirnya membopong tubuh kakaknya.
Aku salut dengan temanku itu. Karena sebenarnya dia itu penakut. Waktu wisata di Wisata Bahari Lamongan (WBL), saat memasuki rumah sakit hantu yang hantunya merupakan boneka, dia menangis histeris, padahal dia laki-laki. Sesudah menaiki roller coaster dia pun menangis ketakutan, sementara dari semua teman cewek ku tidak ada yang histeris ketakutan oleh semua wahana itu.
Dari situ aku teringat perkataan seseorang yang pernah menyatakan rasa komplain.
"Betapa tidak enaknya menjadi seorang laki-laki. Jika aku boleh memilih, aku ingin menjadi seorang wanita sajalah. Enak, nggak ribet, nggak harus dituntut menjadi kuat, nggak harus dituntut selalu melindungi wanita. Laki-laki dituntut untuk melindungi wanita. Sementara siapa yang bertugas melindungi laki-laki kalau tidak laki-laki itu sendiri?"

Dari itu aku bisa menyimpulkan bahwa temanku itu sedang berperan sebagai kodratnya yaitu laki-laki. Jika dia tidak bisa tegar siapa yang bisa menjadi sandaran kakak perempuan dan ibu nya? Sterotipe masyarakat kah yang membentuk opini big boys don't cry atau kah itu kodrat dari Maha Esa yang harus mereka jalani? Aku tidak tahu. Semoga Allah memberi tempat terbaik untuk ayah teman ku itu di sisinya dan diampunkan semua salah dan dosanya serta diterima amal ibadahnya. Amin....Ya Robbal Alamin.....

Selasa, 25 Mei 2010

MEDIA.....OH.....MEDIA

kesalahan terbesar ku setelah aku balik dari amerika adalaha ku sama sekali tidak menyentuh blog ini. bahkan aku juga tidak membuat postingan baru. padahal di otak ini tersimpan banyak ide yang ingin segera dikeluarkan. tetapi karena alasan klasik (capek) dengan padatnya aktivitas sekolah sampai sore dan ditambah bimbingan belajar sampai malam memang cukup menguras energi. maka sesampai di rumah hal yang ingin sekali aku lakukan ya cuma tidur. konek dengan internet pun hanya untuk membuka email, facebook, dan terkadang bermain game online.
menjadi seorang siswa di kelas 12 SMA bukan perkara yang mudah karena tekanan yang ada sangat banyak dari luar. ya seperti unas misalnya. aku sudah berusaha untuk santai supaya unas tidak menjadi beban tetapi tetap saja itu menjadi beban yang tidak aku sadari. disamping itu juga harus ngebut melahap materi kelas 12 yang segunung ditambah aku yang harus mengingat memori pelajaran yang terkubur 2 tahun lalu bukan perkara mudah. harus kerja ekstra keras.
berbicara mengenai unas, tetap saja dari tahun ke tahun itu saja konfliknya. banyak yang menuntut unas dihapus, ya karena hasil unas itu tidak bisa digunakan untuk melanjutkan ke PTN dsb. pro dan kontra tidak ada habisnya jika membahas masalah unas. sekali lagi menurut aku seharusnya unas tidak perlu ditakutkan sama sekali. kepada mbak dan mas yang ada di media, seharusnya sebagai penunjang sarana komunikasi di Indonesia ini ya kalau bisa beritanya jangan dihebohkan. memang sih ilmu marketing harus dipakai tapi apa tidak memperhatikan kondisi psikis pembaca? misalnya ini dapat diambil sebagai contoh. ada salah satu sekolah menengah atas swasta yang kebetulan siswanya tidak lulus semua dan salah satu media menuliskan "Sekolah X 100% Tidak Lulus". padahal jumlah siswa dari sekolah tersebut hanya 6 orang. jelas saja konotasi pembaca yang membaca judul tidak lulus 100% akan segera berpikir bahwa ratusan anak dari sekolah itu tidak lulus karena umumnya tiap angkatan ada ratusan siswa. pasti akan didapat kesan berbeda saat tertulis "6 Siswa Sekolah X Tidak Lulus". terlihat jelas mana judul yang kiranya menjual.
kebetulan aku pernah menanyakan kepada seorang wartawan media cetak yang kebetulan mewawancaraiku mengenai masalah unas. dengan tanpa tedheng aling-aling aku penasaran bertanya apakah media cetak itu seperti produsen yang harus memenuhi dan memperhatikan selera konsumen? seperti penjual yang harus paham selera pembeli gitu yang tujuan akhirnya memang uang. dan jawabannya ternyata memang benar. terjawab sudahlah akhir rasa penasaranku selama ini. bahkan tu wartawan nantangin aku jika obsesiku nanti mendirikan media yang tidak money oriented, dan media yang aku bangun bisa bertahan sebulan (ga bangkrut) dia berjanji akan menggendong ku kemana-kemana mirip seperti syair lagunya mbah Surip.

Tak gendong kemana-mana, enak to mantep to..........

tapi siapa yang tahu jika obsesiku itu bisa terwujud nantinya. hal yang sedikit dilupakan wartawan itu adalah aku tidak mengatakan bahwa aku akan mengembangkan media cetak (yang memang butuh dana sangat besar). blog yang ku kembangkan ini juga merupakan salah satu media yang aku secara bebas mengeksplorasinya. lewat dunia maya, aku akan mengembangkannya (sudah mengembangkannya lewat blog ini).

wah, jadi mesti siap-siap digendong ni. pasti rasanya mantep...... seperti dalam lagunya si mbah surip. ha..ha..ha..ha..ha..