Jumat, 06 Februari 2009

Mencicipi Snow Ice Cream, Snowman, dan asyiknya Sledding hingga hampir membeku

Missouri adalah salah satu state yang terletak di tengah-tengah USA. Karena itulah, cuaca di Missouri benar-benar di luar prediksi. Suhu berubah sangat begitu cepat. Pernah saat pagi hari suhu mencapai -10 C dan menjelang tengah hari suhu melampaui 10 C.

Salju pertama kali yang ku lihat di Missouri ini pada tanggal 30 November tahun lalu. Saat pagi hari aku terbangun dari tidur, melihat keluar rumah ada lapisan putih menyelimuti permukaan. Salju yang turun waktu itu tidak cukup banyak. Saat itu dengan hanya menggunakan sandal jepit aku keluar rumah menjejakkan kaki di atas salju untuk pertama kalinya. Rasanya tidak jauh beda saat aku menginjakkan kaki di atas pasir yang ada di pantai atau pasir yang biasa digunakan sebagai bahan bangunan rumah. Terasa lembut dan saat kita menjejakkan kaki di atasnya, seolah kaki kita tertanam di dalamnya. Beda sekali dengan saat turun sleet (hujan bercampur es dan salju) dimana aku pernah terjatuh saat aku menginjakkan kaki di path (jalan kecil). Saat turun sleet jalanan menjadi sangat licin. Lebih baik memilih berjalan di atas rumput daripada di path.

Setelah turunnya salju yang pertama itu aku mengira jika salju akan turun lagi beberapa hari mendatang. Kenyataannya aku salah. Salju baru turun lagi pada malam hari tanggal 26 Januari 2009 lalu. Sekolah sampai diliburkan. Inilah uniknya Missouri. Jika kita membandingkan dengan state lainnya, umumnya yang terletak di sebelah utara, tentulah salju yang ada di Missouri tidak ada artinya. Meskipun salju yang turun sangat sedikit saat weekday (hari kerja) sekolah selalu diliburkan. Istilah kerennya Snow Day. Terhitung sejak aku berada disini sudah ada 4 hari Snow Day. Umumnya pihak sekolah akan menelpon rumah untuk mengabarkan bahwa sekolah libur atau kita bisa melihat pengumuman di TV. Yang lebih lucu adalah pernah Snow Day tetapi tidak ada salju yang turun. Memang keselamatan jiwa sangat diperhatikan disini. Jika wind chill (angin yang sangat dingin) dibawah -15 F bisa dipastikan bahwa sekolah diliburkan. Aku sempat menanyakan kenapa itu diliburkan dan jawaban mereka adalah agar anak sekolah yang naik bis sekolah tidak membeku kedinginan terutama saat menunggu bis di pinggir jalan.

Akhir Januari lalu Missouri mendapatkan cukup banyak salju. Terbukti sekolah diliburkan selama dua hari (27-28 Januari). Selama dua hari itu kegiatanku hanya melihat dan mengamati salju. Salju saat pertama kali turun sangatlah indah. Berjatuhan ibarat gula bubuk yang ditaburkan di atas roti dan tanpa suara. Sebenarnya sih lebih mirip dengan ketombe. Karena saat bapakku mengusap rambutnya banyak sekali serpihan ketombe yang berguguran dan itulah yang ku lihat saat serpihan salju cukup lebat di hari pertama (untuk bapak ku, aku minta maaf karena menyamakan salju dengan ketombemu). Tidak berapa lama kemudian permukaan tertutup oleh lapisan putih yang sangat cantik sekali. Tiba-tiba ada yang berubah. Turunlah snowball (bola salju) sebesar butiran bubur mutiara kering yang dijual di toko. Snowball itu berjatuhan lebih cepat dan terlihat cukup jelas walaupun terjadi di malam hari karena kebetulan kondisi di luar cukup terang. Awalnya aku mengira itu adalah cahaya dari lampu. Ternyata tidak, langit tampak lebih terang dari biasanya. Kemudian aku teringat dari berita yang aku baca di internet bahwa gerhana matahari kemungkinan akan terlihat di Indonesia. Ya, mungkin itu pengaruh dari gerhana matahari itu tapi aku juga tidak tahu pasti.

Keesokan harinya aku memutuskan untuk berjalan kaki melihat sekeliling setelah semalam salju yang turun cukup lebat. Di daerahku hanya mendapat sekitar 6 inch (15 cm) sementara di daerah lain salju bisa mencapai 8-12 inch. Tidak ada rumput kering yang tampak. Semua permukaan tertutup salju. Saat sebelum fajar aku melihat dari balik jendela kamar kendaraan pembersih jalan dari salju sedang menjalankan tugasnya. Kendaraan itu mirip dengan truk kecil dan mempunyai semacam sekop di depannya untuk membersihkan jalan dari salju sehingga kendaraan lainnya bisa lewat. Selain itu mereka juga menaburkan Kristal-kristal garam di jalan (bentuknya menyerupai snowball) agar tidak slippery (lunyu, bahasa jawa).

Keinginanku untuk membuat snowman (manusia salju) di hari pertama gagal. Salju yang baru pertama kali turun sangat kempyar (ambyar) seperti memegang segenggam pasir kering. Bedanya salju sangat dingin. Sedingin apakah? Baru sekitar 5 menit aku bermain salju dan itu menggunakan sarung tangan, tanganku sudah membengkak kedinginan, nafas sesak, terutama hidung menjadi sangat dingin dan mengeluarkan ingus. Jika tidak terbiasa, pusing bisa langsung menyerang. Jari tangan dan kaki seolah mati rasa. Kesalahan terbesarku adalah langsung mengguyur jari tangan dan kaki dengan air hangat dari keran dan itu malah memperburuk keadaan. Jari-jari terasa seperti terbakar (wedangen, bahasa jawa).

Kemudian aku juga sempat mencicipi salju yang rasanya seperti es batu saja. Bahkan aku sempat menanyakan kepada mom ku bisakah aku membuat es langsung dari salju? Dan mom menjawab ya. Mulailah aku mengambil gundukan salju di daerah yang aku anggap bersih (daerah yang aku anggap bersih itu jauh dari jejak anjing karena temanku, Joey pernah mengingatkanku untuk tidak mencoba salju yang berwarna kuning karena itu adalah pipis anjing). Aku membuat snow ice cream (es krim dari salju) dan bahan serta cara membuatnya sangat mudah. Cukup campurkan salju bersih dengan gula, vanilla, dan susu cair kemudian di aduk rata. Rasanya meskipun tidak sama dengan es krim yang dijual di toko tapi aku menyukainya. Mirip-mirip es serut yang dicampur sirup dan diaduk rata. Hanya saja es krim salju ini terasa lebih lembut dibandingkan dengan es serut dan sensasi dinginnya juga berbeda. Sensasi dingin es salju ini lebih lembut sementara es serut lebih mengejutkan dinginnya dan bahkan terkadang langsung membuat pening saat sendokan pertama.

Hal lainnya yang umumnya dilakukan saat musim salju adalah sledding. Sledding itu meluncur di atas salju dengan papan seluncur dari atas bukit yang tertutup salju. Rasanya sangat menegangkan. Jangtungku berdetak sangat kencang saat aku duduk di atas papan dan salah seorang teman mendorongku kemudian aku meluncur ke bawah dengan cepatnya. Aku menjerit dan berteriak ketakutan sama halnya saat aku menaiki roller coaster yang sedang meluncur ke bawah. Sensasi ketegangannya tidak jauh beda dengan naik roller coaster. Lebih simpelnya sih, ibarat main perosotan dari tempat yang sangat tinggi. Papan seluncur yang ku naiki berbentuk bundar dengan pegangan di sisi kanan dan kiri serta terbuat dari plastik (mirip wajan datar). Otomatis saat meluncur ke bawah aku tidak hanya langsung meluncur begitu saja, papan yang ku naiki sempat berputar-putar sambil terus meluncur ke bawah sebelum akhirnya aku terlempar dari papan dengan wajah mencium salju. Seluruh badan terbalut dengan salju terutama muka. Temanku hanya tertawa melihat itu semua. Hal yang lebih menegangkan saat sledding adalah satu papan seluncur panjang mirip meja setrika dinaiki oleh beberapa orang.

Meskipun sangat dingin aku terus mencobanya. Hingga aku merasa kalau jari tangan dan kaki ku membengkak dan terasa panas hingga seolah-olah mati rasa. Sarung tangan rangkap tiga yang ku pakai tidak ada artinya karena telah basah oleh salju dan membeku di permukaan serta menambah dingin tanganku. Aku melepasnya dan aku berdiri di luar sambil terus bergerak lebih dari setengah jam tanpa sarung tangan. Aku terus menari atau bergerak-gerak agar tidak terlalu merasakan dingin dan badan sudah sangat capek karena energi terkuras. Saat sledding setelah meluncur dari atas untuk kembali ke puncak kita harus mendaki dan itu cukup sulit karena selain licin juga salju setebal setengah betis cukup menyusahkan gerak kaki untuk melangkah dan tentu saja menguras energi. Kembali kurasakan tanganku membengkak, bibir yang seolah menebal, hidung yang terus berair, dan kesulitan bernafas. Aku juga tidak merasakan jari kaki ku walaupun aku memakai sepatu boot tebal tetapi juga kemasukan salju ditambah kaki ku yang seolah tenggelam dalam salju menambah penderitaan. Akhirnya permainan sledding pun usai karena hari bertambah gelap. Langsung saja kami berhambur ke rumah Jordan (rumah Jordan dekat dengan bukit untuk sledding). Aku melepas celana yang memang aku memakainya rangkap. Tebak, celana panjang bagian luar membeku dan kaku sekali untuk dilepaskan. Penderitaan “membeku” setelah bermain salju terlalu lama belum berhenti. Lebih dari satu jam dengan bersembunyi di balik selimut untuk mengembalikan kondisi tangan dan kaki ke kondisi normal. Kalau tangan dan kaki membeku dan seolah mati rasa, jangan mendekati perapian atau mengguyur dengan air hangat karena akan memperparah keadaan. Dengan setengah berteriak aku berkata ke teman-temanku “I don’t want sledding anymore, it’s more than enough. I’m freezing and almost die.” Mereka hanya tertawa sambil mengusap kepalaku seraya mengangguk setuju kalau mereka terlalu lama bermain sledding dan melupakan orang Indonesia yang tidak terbiasa dingin, kemudian dengan kompak berkata, “Poor Ines.” disertai gurau tawa.