Rabu, 27 Mei 2009

PROM








Hundred bucks for one night

Bisa dikatakan kalau Prom adalah tradisi di high school. Prom adalah pesta dansa di akhir tahun pelajaran sekolah seperti yang sering kita saksikan di film American teenager. Umumnya Prom dikhususkan untuk senior (12 grade) saja. Tetapi di sekolahku, Fort Zumwalt West (FZW), Prom tidak hanya untuk senior tetapi juga junior (11 grade). Sebenarnya pesta dansa di high school tidak hanya Prom saja. Sekitar di awal tahun pelajaran, tanggal 20 September tahun lalu, ada Homecoming Dance, untuk menyambut datangnya musim gugur. Bedanya Homecoming tidak hanya untuk senior atau junior saja tetapi juga untuk freshmen (9 grade) dan sophomore (10 grade), hanya saja homecoming dibagi menjadi 2 hari yaitu untuk freshmen-sophomore dan junior-senior (perlu diingat bahwa high school di USA adalah 4 tahun). Juga ada Coronation Dance yang diadakan tanggal 13 Februari 2009 tepat sehari sebelum Valentine Day. Coronation Dance ini bersifat kasual jadi mereka tidak mengenakan dress atau tuxedo, sifatnya lebih santai. Sayangnya aku tidak mencicipi pengalaman Coronation karena waktu itu sedang menjalani short term exchange di Shelbyville.
Dari ketiga pesta dansa tersebut bisa dipastikan kalau Prom adalah yang paling “wah” dan dinanti. Masih teringat sekitar 6 bulan sebelum Prom teman cewek sudah pada ribut membicarakan masalah dress. Mereka sering sekali membuka website yang menyediakan dress untuk dijual secara online, hanya untuk memastikan dress seperti apa yang ingin mereka kenakan untuk acara Prom nanti. Bahkan juga sudah ada yang mulai diet untuk mendapatkan berat badan ideal saat Prom nanti. Mendekati Prom, semakin gencar persiapan yang mereka lakukan. Cewek, khususnya mereka semakin sering untuk pergi tanning (menggelapkan warna kulit tubuh dengan menggunakan lampu khusus). Akan aku jelaskan bagaimana tanning itu dulu. Jadi kita tidur telentang di dalam kotak mirip peti yang ada tutupnya. Baik dasar maupun penutup itu terbuat dari lapisan seperti kaca yang ternyata didalamnya ada banyak lampu. Yang tanning berbaring disitu selama beberapa menit, lebih kurang 20 menit. Dunia memang aneh. Orang Indonesia yang berkulit kecoklatan ingin memperoleh warna kulit putih ibarat orang bule. Bermacam-macam produk pemutih ditawarkan dan itu sangat laris manis dipasaran. Bahkan ada juga yang samapi pergi ke dokter kulit untuk memperoleh kulit putih. Sementara orang sini yang rata-rata mempunyai kulit putih bersih ingin mempunyai kulit berwarna kecoklatan. Sempat iseng aku bertanya ke Paige (host sister) selepas dia pulang tanning kenapa dia sering sekali pergi tanning, dia menjawab ingin mendapatkan warna kulit kecoklatan karena warna kulitnya terlalu putih. Bahkan dia bilang, “If I can choose the skin color, I wanna have skin color like you Ines. Your skin is not white or black, it’s perfect. I’m jealous with you.” Saat aku ceritakan ke Paige bahwa teman-temanku di Indonesia mereka yang berkulit kecoklatan ingin memiliki kulit putih seperti Paige, dia hanya menatapku tidak percaya. Karena baginya kulit kecoklatan adalah kulit yang sempurna. Itu bukan hanya pendapat Paige saja tetapi juga Linn, teman exchange student dari Norwegia yang berpostur tinggi, kulit putih, rambut pirang, dan bola mata berwarna biru. Figurnya sangat mirip dengan boneka Barbie. Saat aku melihat kulitnya bertambah gelap sebelum Prom dia mengatakan kalau dia pergi tanning hampir tiap hari selama sebulan untuk mendapatkan warna kulitnya. “I don’t wanna to be white. I look like a ghost and so pale. I wanna have color on my skin.” Harga untuk sekali tanning sekitar $15. Jadi teman-teman di Indonesia, terutama para cewek hargailah diri kalian masing-masing. Tidak usah terpengaruh produk pemutih karena orang disini yang kulitnya sudah putih sejak lahir begitu iri dengan kulit kecoklatan yang kita miliki.


Fakta yang cukup mengejutkan adalah bahwa remaja di USA dan para orang tua dengan begitu gampangnya membelanjakan ratusan dolar hanya untuk semalam. Aku sempat menuliskan opini ku di Solitaire (Newspaper di Fort Zumwalt West High School) mengenai kenapa mereka mengeluarkan begitu banyak uang hanya untuk prom. Tulisanku itu bahkan mendapat apresiasi dari guru ku di Newspaper Mrs. Marquez bahwa itu adalah tulisan opini terbaik sepanjang tahun ini. (intermeso, yang masalah penulisan Solitaire nggak usah dimasukin ke media)
Harga yang dibayar untuk prom yang hanya semalam tidak murah. Untuk gaun rata-rata diperlukan $200. Lebih gilanya, ada beberapa gaun yang harganya mencapai $400. Harga yang relatif sama juga untuk tuxedo (pakaian formal pria yang terdiri dari celana dan jas). Pengeluaran tidak cukup sampai disitu saja. Bagi para remaja wanita, mereka juga butuh menata rambutnya sehingga tampilan mereka tidak jauh dari para selebritis Hollywood yang berjalan di atas red carpet. Setidaknya diperlukan $80 untuk menata rambut. Kalau untuk make up, mereka biasa memakai make up sendiri. Jika pergi ke Prom membawa teman date (kencan), mereka harus menyiapkan bunga. Umumnya yang pria membelikan untuk pasangan wanita date-nya, begitu pula sebaliknya. Bunga itu untuk menunjukkan bahwa mereka pergi prom dengan pasangan date-nya. Yang wanita memakai bunga itu sebagai gelang (seperti gelang dari karet elastic yang berhiaskan bunga segar), sedang pria hanya menempelkan bunga itu di sebelah kanan atau kiri dadanya. Selain itu juga ada tambahan biaya untuk dinner, tiket prom, bahkan juga limo.
Berikut aku ceritakan tentang pengalamanku prom tanggal 25 april lalu. Salah satu kesulitan untukku adalah menemukan dress untuk prom. Maklum hampir semua dress tidak memenuhi syarat untuk aku pakai (buka-bukaan). Acara prom termasuk formal jadi diwajibkan memakai dress. Dengan perjuangan keras mom akhirnya dress didapatkan juga. Prom ini diselenggarakan di St. Charles Convention Center (SCCC), oleh karena itu harga tiketnya tidak murah, $60. Selain itu juga karena aku pergi rombongan dengan teman-teman lainnya dan kami memutuskan untuk mengendarai limo. Ada 14 orang dalam rombongan itu dan masing-masing membayar $60. Limo itu disewa mulai pukul 6 pm sampai tepat pukul 12 malam. Acara prom dimulai pukul 7pm-11pm tetapi kami sudah harus bersiap di salah satu rumah temanku, Caitlyn jam 5pm. Sempat berfoto-foto sebentar sebelum akhirnya limo datang dan membawa kami ke front river di St. Charles untuk berfoto-foto lagi. Tiba di (SCCC), sebelum masuk diwajibkan check in, dan juga ada meja panjang yang memajang beberapa foto kandidat King and Queen Prom. Di depan masing-masing foto itu ada toples kaca. Jadi untuk mem-vote siapa yang akan menjadi King and Queen, pemilih hanya tinggal memasukkan kelereng ke toples kaca itu dan tentu saja sebelum mendapatkan kelereng itu mereka mesti melaporkan diri dulu kepada petugas yang bertugas. Masuk ke ruangan, suara dentaman music mulai terdengar ditamah dengan lampu temaram. Bisa dikatakan bagian tengah ruangan itu mirip dengan tempat untuk disko dilengkapi lampu gemerlap dan DJ (disc jockey, orang yang bertugas mengatur music untuk dansa). Sementara di bagian tepi ada banyak meja dengan kursi beserta makanan dan minuman. Ruangan yang sebenarnya cukup luas itu terasa kecil akibat banyaknya orang. Ada juga yang sudah mulai asyik berdansa, ada juag yang tampak asyik menikmati makanan (terutama aku). Tepat pukul 9 malam diumumkan siapa yang menjadi King and Queen. Seperti layaknya di film-film, King and Queen terpilih berdansa di lantai dansa beberapa saat kemudian yang lain pun menyusul ikut berdansa. Dan seperti itulah acara berlangsung hingga jam 11 malam. Acara selesai, masih mempunyai waktu satu jam sebelum sewa limo habis dan akhirnya kami pun berkeliling kota mengendarai limo. Oh ya aku lupa menceritakan limo yang ku naiki seperti apa. Kebetulan limo yang ku naiki berwarna putih. Baru kali itu aku melihat limo secara langsung. Sangat panjang rupanya. Saat masuk limo, kursi untuk penumpang berbentuk menyerupai huruf U. dibelakang kemudi sopir menghadap belakang, di sisi sebelah kiri limo menghadap ke kanan dan yang terakhi di belakang limo menghadap ke depan. Juga dilengkapi dengan meja bar yang bersusun gelas-gelas dan perlengkapan lainnya. Ruang kemudi danpenumpang seperti ada sekat. Dilengkapi dengan CD player dan juga layar kecil (menurutku itu tv yang bisa digunakan untuk menonton film) membuat suasana menjadi nyaman. Menaiki kendaraan mewah memang beda rasanya. Jalannya sangatlah halus, sama sekali tidak terasa bahwa aku sedang mengendarai sebah mobil. Sangat indah saat malam hari. Karena ada banyak lampu di dalam limo yang seolah-oleh ibarat bintang berkelip. Lucunya ada beberapa kendaraan yang mendekat hanya untuk mengambil gambar limo itu. Sewa limo selesai, dan selanjutnya dengan mengendarai kendaraan masing-masing kami pergi makan (lagi) ke IHOP (International House of Pancake) saat dini hari. Setelah mengisi perut, kami pergi ke rumah Brittni untuk sleepover (bermalam di rumah seseorang dan begadang. Biasanya mengobrolkan masalah cewek, nonton dvd dll). Menurut pendapatku tidak ada yang special dari acara prom ini toh itu hanyalah pesta dansa. Aku begitu menyayangkan kenapa demi acara seperti itu dengan begitu begitu mudahnya menghambur-hamburkan uang begitu banyaknya. Apa karena aku yang dilahirkan dan besar di pedesaan? Aku tahu beberapa kota besar seperti Surabaya misalnya mulai mengadakan pesta dansa untuk kelulusan. Aku hanya menyayangkan hal seperti itu. Menghamburkan kemewahan sementara yang lainnya di sudut lain mesti bekerja keras hanya untuk bertahan hidup. Sungguh tragis.