Sabtu, 27 Desember 2008

CHRISTMAS BUKAN SEKEDAR PERAYAAN AGAMA, TETAPI JUGA TRADISI






Kemeriahan christmas (natal) dalam rangka memperingati kelahiran Yesus atau Isa Almasih sebenarnya telah mulai semarak sehari setelah thanksgiving atau pada saat black friday. Orang-orang sudah mulai berbondong-bondong belanja untuk hadiah natal, menghias rumah dengan pernak-pernik khas natal dsb. Christmas di USA ibarat Idul Fitri di Indonesia. Stasiun radio mulai memutar lagu-lagu Christmas. Bahkan ada salah satu stasiun radio yang sudah memutar lagu-lagu christmas sejak bulan Oktober. Televisi pun juga tak mau ketinggalan. Berbagai macam film special christmas pun diputar. Salah satu hal yang menarik adalah ada stasiun televisi yang memutar film yang sama selama seharian penuh dan itu merupakan film lama yang settingnya 1950-an dan film itu dibuat sekitar tahun 80-an. Puluhan mall menawarkan diskon besar-besaran. Contoh nyatanya, Laptop Sony yang hari biasa dibandrol $750-an dollar, saat menjelang natal kemarin harganya menjadi $500. Gambaran akan perayaan hari kelahiran Yesus itu sendiri tampaknya sesuai yang aku baca dalam buku Rick Warren yang berjudul, The Purpose of Christmas, dimana salah satukalimatnya, "The first purpose of christmas is celebration." Rumah-rumah dihias dengan lampu penjor warna-warni dan christmas tree yang begitu cantiknya. Bahkan, seminggu sebelum christmas (19 Oktober 2008) aku diajak guruku Mrs. Robinson ke state Illinois (maaf nama kotanya aku tidak tahu) untuk melihat Lady of The Snow (LTS). Jadi LTS itu adalah sebuah taman yang luas dimana taman itu berhias lampu-lampu yang dibentuk bermacam-macam dan menggantung pada pohon-pohon. Tidak hanya ada lampu-lampu saja, juga ada puppet show, barang-barang antik dari beberapa negara (sayangnya aku tidak melihat nama Indonesia disana) dan juga ada pameran pohon natal dari berbagai negara. Ari, salah satu temanku exchange student dari Jerman sempat komplain saat melihat pameran pohon natal. Di bawah pohon natal itu jelas tertulis bahwa itu pohon natal Jerman dengan bendera Jerman yang berwarna hitam, merah, dan kuning tergantung pada pohon itu. Tapi lucunya beberapa bendera hanya berwarna merah dan kuning saja. Bukan cukup itu saja, ornament khas Jerman malah tergantung di pohon natal Norway (Norwegia). Aku tahu kalau ornamen itu khas Jerman karena Ari juga memberiku ornamen yang sama. "Nobody in Germany hang the flag at Christmas tree", itu kata yang diucapkan oleh Ari yang membuatku tertawa. Setelah puas menikmati pohon natal, tiba-tiba Jessica berteriak, "Look, Ines, that's Indonesia." Aku kira ada pohon natal versi Indonesia tapi ternyata Jessica menunjuk ke arah miniatur yang menggambarkan kelahiran Jesus. Dan aku melihat ada deretan patung mini beserta nama negaranya. Saat mataku menatap nama Indonesia, aku hanya tertawa terbahak-bahak. Bagaimana tidak, meski aku bukan orang seni tapi dengan mudah aku bisa menentukan itu patung khas Indonesia atau tidak. Patung itu lebih mirip patung milik Mesir karena menyerupai patung Firaun dengan warna biru. AKu hanya tertawa saja melihat itu semua. Mungkinkah Mesir geger karena patung khas miliknya tertulis Indonesia? Seperti halnya Indonesia yang geger karena lagu daerah, tari, makanan, dan batik diklaim Malaysia. Bukan tidak mungkin hal itu terjadi. Kalau di negeri sendiri jelas saja pasti mudah ketahuan. Kalau di luar negeri? Siapa yang bakalan tahu? Nggak akan ada yang tahu kalau misalnya (maaf) batik yang aslinya dari Indonesia diaku oleh Malaysia. Karena apa? Mereka selaku orang asing tidak pernah tahu itu semua. Kita saja yang kalah getol mempromosikan produk Indonesia. Kita baru mulai teriak-teriak itu barang kita kalau sudah diklaim oleh negara lain. Apa kita mau menunggu hingga seluruh kebudayaan Indonesia diaku orang lain? Baru kita teriak-teriak. Dimana usaha kita untuk melindungi itu semua? Kembali ke masalah Lady of The Snow. Disana juga ada tempat untuk menunggang onta (bahkan aku mencobanya) dan juga ada repelika stable yang menggambarkan kelahiran Jesus dalam ukuran besar yang dilengkapi dengan suara-suara orang yang bercakap-cakap juga ada gua buatan di atasnya yang dilengkapi malaikat kecil pada bagian puncak. Mungkin sedikit mirip dengan gua Puh Sarang yang ada di Kediri. Mengutip kembali perkataan Rick Warren dalam bukunya bahwa Christmas is celebration sangatlah tepat. Banyak sekali Christmas Party. Mulai di Club yang aku ikuti (Culture In Action dan Foreign Language), di sekolah (hanya untuk senior saja), bersama AFS, dan di rumah teman. Acaranya bukan seperti yang ada di pikiran pembaca yang pasti membayangkan party ala Amerika mirip dengan ada yang di Movie. Party-nya itu lebih tepatnya untuk lebih mengakrabkan saja dalam momen yang tepat. Acaranya datang, makan, mengobrol, main games, bertukar hadiah. Kebanyakan semua party konsepnya seperti itu. Salah satu hal yang menggelikan saat bertukar hadiah, Veronika temanku dari Ukraine mendapatkan hadiah tidak terduga yaitu tes kehamilan. Kami semua hanya tertawa. Dan itu semua adalah Ulah Antonio dari Italia. Antara Halloween dan Christmas ada persamaan yang mencolok, yaitu sama-sama banyak sekali cookies dan juga candies (kue kering dan coklat). Hampir dipastikan setiap rumah membuat 2 item makanan tersebut. Mereka sangat terkejut saat mengetahui aku blm pernah merayakan natal sebelumnya saat di Indonesia. Memang Christmas di Amerika lebih mengarah ke tradisi. Hampir semua merayakannya. Temanku Robert, dia Jewish (Yahudi) tapi dia juga merayakan Christmas. Baru saat aku menjelaskan kalau christmas di Indonesia hanya dirayakan oleh christian saja, sementara aku islam, mereka baru mengerti. Lucu juga, aku berjilbab tapi ada saja yang tidak tahu kalau aku itu muslim. Saat aku menanyakan kenapa harus menggunakan pohon pine untuk christmas tree, bagaimana jika menggunakan pohon yang lain? Mereka hanya menjawab simpel, karena pada saat winter cuma pohon itu saja yang masih tetap hidup dan menghijau. Christmas ini juga mirip dengan Thanksgiving. Momen keluarga sangat kental di dalamnya. Sehari sebelum Christmas, tanggal 24 desember disebut dengan christmas eve. Mirip dengan suasana menjelang lebaran, selama christmas eve dan christmas banyak restoran cepat saji dan pertokoan yang hanya buka setengah hari kemudian tutup lebih awal karena mereka ingin menghabiskan waktu bersama keluarga. Saat christmas eve dan juga christmas-nya (tanggal 25) biasanya ada makan malam bersama keluarga. Menunya hampir sama dengan Thanksgiving. Kalau tidak ham (paha babi) ya turkey (ayam kalkun). Jika mereka menyediakan ham, pasti mereka menyediakan ayam atau yang lainnya untukku karena aku tidak makan semua yang berasal dari babi. Guruku, Mrs. Robinson mengingatkanku untuk tidak tidur di dekat perapian. "Ines, don't sleep near fire place. Santa won't come to your house", katanya sambil bercanda. Pagi harinya saat christmas (25 desember) adalah hari yang paling ditunggu. Karena itu adalah saatnya untuk membuka semua hadiah yang ada di stocking maupun dibawah christmas tree. Masih menggunakan piyama, aku dan Paige berlomba untuk menuju christmas tree dan membuka semua hadiah. Sekedar informasi saja, hadiah-hadiah itu bukan dari Santa (seperti yang ada di cerita) tetapi dari mom. Dengan mudah aku menemukan hadiah natalku karena di atas kado itu, ada namanya ditujukan oleh siapa. Aku juga dapat hadiah natal dari Paige. Aku juga memberi hadiah natal untuk mom dan Paige, bukan aku yang memberi tepatnya Keluargaku di Indonesia (i love them so much) yang mengririmkannya sebagai hadiah natal untuk mereka. Sekarang aku tahu kenapa Christmas menjadi momen yang sangat dicintai oleh orang Amerika karena banyak orang saling bertukar hadiah, makanan berlimpah, momen keluarga untuk berkumpul dan juga mendapat liburan yang cukup panjang. Bayangkan, aku mulai libur tanggal 22 desember dan masuk sekolah lagi mulai tanggal 5 Januari tahun depan.




1 komentar:

Yuni Adha mengatakan...

mochi..mochi...

main yuk...di

www.developingofislam.blogspot.com