Kamis, 09 Oktober 2008

Banyak Kebetulan yang Tak Terduga

Seperti halnya di Indonesia, tanggal jatuhnya Idul fitri di Amerika juga bervariasi. Salah satu temanku, Ryan namanya dia exchange student juga dari Makassar tapi kini dia di state Arkansas merayakan Idul Fitri tanggal 30 Septermber. Sementara aku di state Missouri, merayakan Idul Fitri tanggal 1 Oktober. Aku sih ngikut saja apa ketentuan di Masjid sini. Sempat bingung juga kapan Idul Fitri tiba, karena ini berhubungan dengan kapan aku harus skip (bolos) sekolah. Jangan dibayangkan waktu lebaran ada libur seperti di Indonesia. Adanya si libur panjang natal. Jadi harus izin dari sekolah agar bias merayakan lebaran. Untungnya di Missouri ini ada juga exchange student lainnya yang juga muslim. Hady namanya. Dia dari Mesir. Hady yang pernah pergi langsung ke masjid Daar-Al Islam menjelaskan bahwa Idul Fitri-nya tanggal 1 Oktober. Wah senangnya aku punya teman yang juga merayakan Idul Fitri. Di masjid yang sama lagi. Memang yang paling sibuk mengurusi kapan datangnya Idul Fitri adalah mom, beliau bolak-balik ke masjid untuk mengetahui kapan datangnya Idul Fitri dan juga mengambil cuti kerja jauh-jauh hari sebelumnya saat tanggal 1 Oktober sehingga mom bisa mengantarku ke masjid.
Nggak ada takbir seperti umumnya di Indonesia saat Ramadan berakhir. Nggak ada keramaian apa pun. Ya seperti hari-hari biasa saja. Tapi aku tetap bias mendengarkan takbir. Lho kok bias gimana caranya? Jadi gini, exchange students dari Indonesia membuat milist, sehingga kami tetap bias keep in touch. Ada salah satu teman yang mengirimkan suara takbir. Jadi aku dengerin tuh takbir lewat laptop. Meskipun di Negara yang mayoritas penduduknya bukan muslim tapi aku tetap bias mendengarkan takbir kan, nggak ada bedanya dengan di Indonesia. Ya sebagai exchange student yang jauh dari keluarga, teman, community, memang harus pintar-pintar menghibur diri. Take it easy. Kalau nggak gitu, stress mulu adanya, homesick.
Aku nggak menyangka kalau masjid yang akan ku tuju adalah masjid besar. Ada kubahnya juga. Yang menakjubkan terletak di samping gereja. Letaknya memang lumayan jauh dari rumah. Antara 30-40 menit. Masjidnya ada di St. Louis, metropolitannya Missouri. Sholat ied nya disini dimulai pukul 09.00. untuk mengantisipasi kemungkinan yang tidak diinginkan, kami berangkat dari rumah pukul 08.15. mom cukup mengkhawatirkan aku karena aku tidak mengenal siapapun di masjid itu. Makanya beliau menyempatkan bicara dengan laki-laki yang ada di depan pintu masjid (sepertinya dia pengurus masjid) dan menitipkan aku seraya menjelaskan bahwa aku exchange student dan tidak mengenal siapa-siapa di masjid ini. Oleh laki-laki itu aku dibawa ke lantai atas tempat dimana jamaah wanita berada. Kemudian bapak itu menitipkan aku ke seorang wanita yang juga kelihatannya pengurus masjid itu. Saat aku bicara dengan wanita itu, tiba-tiba aku mendengar suara, “Hey, Indonesia sini”. Aku mencari sumber suara itu. Dan betapa kagetnya saat aku melihat ada orang Indonesia di sini. Akhirnya aku pun bergabung dengan mereka.
Penasaran, aku tanya bu Rita (orang Indonesia yang memanggilku tadi), bagaimana mereka bias tahu kalau aku orang Indonesia. Apa karena wajahku tipe Asia? Tapi kebanyakan jamaah di masjid memang multi etnis, multi Negara. Beliau menjawab gara-gara pin yang aku pakai. Memang saat itu aku memakai pin Bendera Indonesia ditambah rok batik. Wah ternyata aku pintar juga, gara-gara pin itu aku ketemu orang Indonesia.
Ibadah sholat ied berakhir pukul 10.30. ada yang sedikit beda dengan sholat ied disini. Sama-sama 2 rokaat, tapi pada rokaat pertama cuma takbir 5 kali. Dan pada rokaat kedua sebelum rukuk takbir juga sebanyak 5 kali. Membuatku bingung karena tidak terbiasa dan tidak bias khusyuk karena terheran-heran.
Selepas sholat, ibu Rita mengundang untuk mampir ke rumahnya dulu. Beliau tinggal dekat masjid. Sekitar 5 menit naik mobil sampai lah. Setelah izin mom, aku pun turut serta dengan beliau beserta 3 orang anak mereka. Pak Arif dan bu Rita ini sudah tinggal selama 8 tahun. Di rumah mereka juga berkumpul 2 keluarga yang lain yaitu keluarga Pak Nur dan keluarga Pak Iwan. Dari merekalah aku tahu kalau juga ada orang Nganjuk yang menetap di Missouri. Pak Landung namanya. Wah, betapa terkejutnya aku. Benar-benar tidak menyangka. It’s a small world after all, isn’t?
Makanan khas lebaran juga ada di sini. Jadi bagi pembaca dan redaksi yang merasa kasihan kepada ku dan sering kali pamer makanan lebaran, jangan salah. Aku juga menikmati itu. Ada emping melinjo, pastel kering. Untuk menu makanannya adalah lontong (bungkus plastik), sayur lodeh terong dan labu, opor ayam dengan tahu (aku duga tuh tahu ada formalinnya. Kerasa sekali, kenyal banget, mungkin made in Indonesia kali ya dicampur formalin), dan sambal goreng hati lengkap dengan pete. Aku nggak suka pete, tapi pingin juga ngrasain pete in USA. Rasanya sih sama. Cuma baunya tidak terlalu menyengat. Aku sih sudah nggak tahu malu lagi meskipun baru kenal. Makan sampai kenyang, kebetulan perut lapar, jadi ya klop. Ada kebetulan lain lagi selain aku mendengar kabar kalau ada orang Nganjuk disini, yaitu ternyata rumah bu Rita dan pak Arif ini satu kompleks dengan apartemen Bryan (anak pertama mom). Jadi mom nggak kesulitan untuk menjemputku.
Waktu di rumah aku cerita banyak ke mom dan Paige terutama tentang makanan yang aku makan. Dan mau tahu reaksi mereka saat aku cerita aku makan hati sapi? Mereka terlongok kaget dengan muka ngeri dan sedikit jijik. Aku hanya ketawa saja melihatnya. Maklum jeroan (organ dalam) nggak dimakan disini. Cuma benar-benar daging saja yang dimakan. Misalnya ni, ayam saja yang diambil cuma bagian dada. Bagian yang lain? Nggak tahu tuh dikemanakan. Dibuang atau mungkin dijadikan makanan anjing? Wah gila, berarti kalau selama ini aku suka banget ma sayap ayam dan ceker, jatah si anjing yang ku makan. Jadi nggak ada bedanya donk antara aku dengan anjing?

Tidak ada komentar: